zORB44u1Y5Szogk9hvRg5anbZDydcDDjseaSpgOw

Di Ujung Canting


Ada yang beda hari ini. Bukan gue. Kalau gue sih masih tetep kurus. Tapi mereka. Lihat aja! Sejak keluar kosan, naek metromini, sampai pas beli sarapan. Orang-orang pada pakai batik. Mungkin termasuk kalian. Biasanya ga sebanyak ini orang yang pakai batik. Kalau di kantor gue sih beda lagi. Tiap Selasa dan Jumat emang dianjurin buat pakai batik. Untungnya ga disuruh pakai batik yang seragaman. Bahkan preman stasiun senen aja sampai bikin batik di lengannya. Oh salah. Itu tato.

Gue baru inget kalau hari ini Hari Batik Nasional. Ceritanya bermula tepat tiga tahun lalu, 2 Oktober 2009, UNESCO (United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization) ngukuhin batik sebagai warisan budaya dunia dari Indonesia. UNESCO masukin batik ke Daftar Representatif Budaya Takbenda Warisan Manusia. Jelas kita harus bilang "WOW!". Tanggal bersejarah itu lalu menjelma jadi Hari Batik Nasional setelah Presiden SBY nerbitkan Kepres Nomor 33 tahun 2009 tentang Hari Batik nasional.

Ada satu pelajaran berharga yang kita peroleh dari Hari Batik Nasional ini. Bener kata orang, kalau sesuatu itu akan terasa berharga ketika kita udah kehilangannya. Kita tengok beberapa tahun ke belakang, Sebelum batik di klaim Malaysia, jarang banget ada orang yang dengan senang hati mau pakai batik. Apalagi anak muda. Waktu itu, bagi sebagian orang, batik masih dianggap kuno. Batik cuma pakaian bapak-bapak dan emak-emak buat pergi ke kondangan. Tapi lihat sekarang. Ketika batik diklaim negara tetangga, kita mulai beramai-ramai memakai batik. Kita mulai mencintai batik. Karena kita baru merasakan betapa berharganya batik, warisan nenek moyang kita, setelah kita hampir kehilangannya. Beruntung kita ga sampai kehilangan.

Batik udah ga cuma sekadar motif kain yang jadi bahan baju. Mobil juga ada yang dihias pakai motif batik. Harganya muliaran. Bahkan di pameran flora-fauna yang diadain di Lapangan Banteng beberapa bulan kemaren gue ngelihat ada lomba ngebatik kaos buat anak-anak. Sekarang semua orang udah cinta batik. Udah ga malu-malu lagi buat pakai batik. Bahkan banyak orang pengen megang canting buat ngerasain sensasi ngebatik.

"Batik Our Love Story", sebuah film karya Nia Dinata dan Vivian Idris

Jogja Hip Hop Foundation, batik jadi ikon fesyen rapper berbahasa jawa ini.

Mobil batik milik Piyu "PADI"

Solo Batik Carnival

Kalau direnungin dengan hati tenang dan pikiran yang lebih dingin, mungkin kita harus ngucapin makasih sama Malaysia. Kalau tetangga kita itu ga pernah ngeklaim batik kita, mungkin ga akan pernah ada yang namanya Hari Batik Nasional. Ga akan pernah ada orang-orang yang mau memakai batik yang cantik itu. Catikan paripurna yang digores di ujung canting.

Selamat Hari Batik Nasional!

_____________________
Sumber gambar: Viva | Hai | Google | Viva | Okezone
Baca Juga
Abah
Generasi Micinial

Artikel Terkait

8 komentar

  1. Balasan
    1. beli dong buat kerja. eh, BC ga pakai batik ya? :P

      Hapus
  2. hebat ya, batik ditemplokin ke mobil, hoho... harusnya ga pas hari batik aja, tapi tiap hari kita ngargain batik yaaa... oya, mampir ke blogku yaaa cemaan2 bantu like lomba creative comedy yang co-ass version: http://www.facebook.com/photo.php?fbid=4256800630270&set=o.120452284638142&type=1&ref=nf nd himajinasi version: http://www.facebook.com/photo.php?fbid=4252335238638&set=o.120452284638142&type=1&theater arigatouuu~

    BalasHapus
    Balasan
    1. ga cuma ditemplokin, catnya emang motif batik.

      Hapus
  3. jadi inget dulu waktu masih SMA, tugas suruh buat batik. hasilnya kacau berat

    BalasHapus
    Balasan
    1. seengganya kan udah nyobain ngebatik. :D

      Hapus