zORB44u1Y5Szogk9hvRg5anbZDydcDDjseaSpgOw

Cita Rasa Sebuah Blog


Gue bukan mau nulis tentang kuliner atau masak-memasak. Gue keinget pertanyaan salah seorang sahabat gue.

"Mat, gimana cara milih gaya bahasa buat ngeblog?"

"Itu sih tergantung selera." meski jawaban gue pendek bukan berarti asal ceplas-ceplos.

Emang bener. Gaya bahasa buat nulis itu, ga cuma di blog, tergantung selera kita. Selera itu akan muncul ketika kita udah kenal sama cita rasa. Pada suka nonton MasterChef kan? Katanya cita rasa itu harus dilatih. Seorang chef aja ga langsung kenal sama cita rasa masakan begitu dia berojol ke dunia. Begitu juga tulisan. Cita rasa tulisan kita  belum akan terasa sejak pertama kali kita nulis. Perlu berulang-ulang buat nemuin cita rasa yang pas dengan selera kita.

Selain itu, cita rasa juga nentuin siapa konsumen kita. Karena tentunya cita rasa sebuah masakan bakalan ngaruh sama harga masakan itu. Sangat-sangat jarang kita nemuin cita rasa bintang lima dengan harga kaki lima. Itu cuma tagline salah satu restoran sea food. Rugi kalau cita rasa bintang lima bener-bener dijual dengan harga kaki lima. Sebaliknya. Ga bakalan laku kalau cita rasa kaki lima dijual dengan harga bintang lima. Apa korelasinya sama tulisan? Kita harus tahu siapa konsumen kita. Siapa target yang diincer buat baca tulisan kita.

Awalnya gue sempet labil nentuin gaya bahasa. Sampai akhirnya gue mutusin buat pakai bahasa yang santai. Santai dalam artian ga sesuai EYD. Meski kadang ada tulisan gue yang agak serius, itu lebih karena faktor kelabilan gue. Gue milih bahasa yang santai karena target konsumen gue adalah anak muda atau orang tua yang berjiwa muda. Karena gue, yang nulis, juga masih muda. Jangan protes! Gue emang masih muda. Gue nulis tentang politik, investasi, pluralitas, dan lainnya dengan bahasa yang santai biar ga bikin bosen. Lagian udah banyak yang nulis politik, misalnya, dengan bahasa yang sangat formal. Karena itu gue pengen bikin sesuatu yang beda. Ngeblog dengan cita rasa gue. Cita rasa anak muda yang stabil.

Gue nulis dengan bahasa slang bukan karena gue ga bisa nulis dengan EYD. Coba perhatiin. Meski gue pakai bahasa slang tapi gue tetep pakai beberapa kaidah bahasa yang baik. Gue tetep ngebedain "di" buat nunjukin tempat sama "di-" yang merupakan kata depan (prefiks). Gue juga tetep konsisten nulis "ga" yang ga dicampur sama "engga" atau "enggak" Itu beberapa contoh aja. Di tempat kerja, selain berpedoman sama EYD kadang gue juga nulis berpedoman sama UU Nomor 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. Itu kalau gue lagi dapet tugas ngomentarin draf peraturan perundang-undangan. Sering kebawa ke tulisan gue di blog juga sih.  Taoi dari situ gue tahu kalau ternyata ada pedoman bahasa yang lebih kaku daripada EYD. Bahasa hukum. Dan sering kali bahasa hukum ga sesuai sama EYD.

Kalau ada blog yang isinya ngebahas tentang satu topik. Kesehatan misalnya. Tapi dia cuma kopas artikel orang. Tetep aja hambar. Ga punya cita rasa khas. Meski topiknya khas: tentang kesehatan. Jadi cita rasa itu ga bergantung sama topik. Cita rasa lebih bergantung kepada gaya bahasa. Karena dengan cita rasa itulah seorang penulis bakalan dikenal. Kebetulan gue lagi baca bukunya Darwis Tere Liye. Kerasa banget gitu cita rasa dia kayak gimana. Meski cita rasa tulisannya ga terlalu cocok sama cita rasa gue. Tapi gue suka tulisannya karena di punya cita rasa yang dia tawarin buat pembacanya.

Emang susah buat nyari cita rasa yang sesuai selera buat tulisan kita. Tapi dengan semakin rutin nulis gue yakin cita rasa itu akan semakin terasa khas.

Bukan kebetulan, tepat 1 Oktober dua tahun lalu gue mulai ngebangun blog ini.
Bukan kebetulan, tepat 1 Oktober setahun lalu gue mulai melihara kura-kura.
Bukan kebetulan, tepat 1 Oktober tahun ini SK gue ditandatangani, semoga.

Selamat menulis!

____________________
Sumber gambar: Accor Hotels.
Baca Juga
Abah
Generasi Micinial

Artikel Terkait

17 komentar

  1. aku blm genap 3 bulan ngeblog, masih mencari jati diri. :)

    BalasHapus
  2. selamat sob bisa melalui waktu selama itu. kebanyakan dah pada bosen menulis atau kerna kehabisan ide. salam kenal

    BalasHapus
  3. Yang menginspirasi gaya bahasa di blog saya akhir-akhir ini adalah gaya bahasa di website MBDC (malesbanget.com).

    BalasHapus
    Balasan
    1. MDBC itu awalnya serius tapi ujung-ujungnya ngawur. tapi kerenlah ya? kreatif! :D

      Hapus
  4. ane suka bang tulisan ente. ceplos ceplos tapi cerdas. lulusan STAN sih. ahahaha XD

    BalasHapus
    Balasan
    1. apa hubungannya? lulusan STAN atau bukan, gue tetep keren kok. :P

      Hapus
  5. Lah gue 5 tahun ngeblog isi blognya tetap aja campur aduk :p gaya bahasa juga campur aduk, sepertinya memang blognya jatidirinya campur aduk ._. #ehh

    BalasHapus
    Balasan
    1. tapi kan campur aduk juga tetep aja keren. :D

      Hapus
  6. Saya belum tau pasti cita rasa tulisan saya itu seperti apa..
    Sepertinya memang di butuhkan latihan untuk menjiwai tulisan dengan cita rasa..

    Tapi yang saya tau pasti, saya suka dengan cita rasa tulisan anda..!!^

    Thanks infonya..

    BalasHapus
    Balasan
    1. makasih. :)
      keep blogging aja, kalau udah bener-bener nyaman berarti udah nemu cita rasa yang pas.

      Hapus
  7. benar benar apa adanya,,,, terima kasih sob atas sharenya...

    BalasHapus
  8. gue jatuh cinta sepertinya sama blog elo. to the point, lugas, esensinya dapet banget.
    Bukan homo tapi ye XD

    BalasHapus
  9. se7 banget
    kalo saya uda 1 tahun serius di blog mas
    ^_*

    BalasHapus