zORB44u1Y5Szogk9hvRg5anbZDydcDDjseaSpgOw

Proposal Mahasiswa, Maling Teriak Maling


Pernah jadi mahasiswa atau masih menyandang status sebagai mahasiswa? Pernah ikut jadi panitia kegiatan kampus? Pernah melihat proposalnya, atau jangan-jangan kamu yang membuat proposalnya?

Tiba-tiba saya jadi teringat proposal yang dibuat mahasiswa. Iya, dulu saya juga pernah membuatnya. Lucu saja mengingatnya. Seringkali mahasiswa meneriaki anggota DPR dan menuduhnya sebagai mafia anggaran. Memang seringkali teriakan tersebut benar adanya. Meski kita tidak boleh menggeneralisasi semua nggota DPR. Padahal seringkali, ketika mahasiswa tersebut membuat proposal kegiatan, mahasiswa pun ikut me-markup anggaran yang termuat dalam proposalnya. Ini namanya maling teriak maling atau bukan ya?

Ketika mengadakan suatu kegiatan, biasanya dibuat dua jenis proposal. Proposal internal dan eksternal. Proposal internal yang benar-benar mencerminkan rencana pemasukan dan pengeluaran serta proposal eksternal yang merupakan hasil markup. Seperti halnya laporan keuangan perusahaan. Ada laporan keuangan internal untuk manajemen perusahaan, ada laporan eksternal untuk investor atau pemegang saham, dan bahkan ada yang membuat laporan keuangan untuk pelaporan pajak.

Memang mehasiswa me-markup anggaran dalam proposalnya untuk mengantisipasi jika ternyata tidak banyak sponsor yang ikut menyokong acaranya. Begitu pula ketika saya SMA. Ketika mengadakan acara internal yang dananya hanya berasal dari kas sekolah, tidak ada sponsor, seringkali bagian kesiswaan mencoret pos-pos anggaran dalam proposal sehingga dana yang tersedia tidak mencukupi. Makanya anggaran dalam proposal di-markup agar meskipun ada beberapa pos yang dicoret, anggarannya tetap mencukupi. Karena yang terpotong hanyalah angka-angka hasil markup.

Entahlah, saya tidak mengerti apakah ini dapat dibenarkan atau tidak. Yang jelas, bukankah di manapun yang namanya markup itu sama saja. Memang ketika SMA atau kuliah kita me-markup untuk mengantisipasi kurangnya dana yang masuk. Tapi jangan-jangan kebiasaan me-markup tersebut akan terbawa sampai tua. Jangan-jangan mafia anggaran yang sering me-markup anggaran juga dulunya belajar ketika membuat proposal di sekolah atau kampusnya? Hih! Kok jadi merinding ya? Kok baru sadar sekarang ya, dulu ngapain aja?

____________________
Sumber gambar: Tempo
Baca Juga
Abah
Generasi Micinial

Artikel Terkait

6 komentar

  1. Nah loh, kalau me-markup itu udah menjati diri, terus nilai kejujuran yg katanya modal utama keberhasilan itu udah ga berlaku lagi?
    Dengan kata lain orang jujur di negara kita sudah semakin langka saja ya..

    BalasHapus
  2. hahahahaha pingin bangetbanget ngeprint tulisan ini trus ditempel di mading2 'kelompok yang suka teriak2' itu.

    BalasHapus
  3. Bahkan sejak di SMA pun sudah begono, dan saya termasuk didalamnya. walau saya berontak, dengan manisnya alasan-alasan yg dibuat banyak orang tak peduli dengan ini.

    BalasHapus