zORB44u1Y5Szogk9hvRg5anbZDydcDDjseaSpgOw

Egoisme Versus Patriotisme


"Cepat tak harus buru-buru. Pikirkan dahulu. Jangan sampai sesal kemudian. Kita dilahirkan sebagai ksatria. Kita yang memilih perang di mana." -Pandji, Ode untuk Ayah

Ada yang bilang, "Bermain di liga nasional berarti turut memajukan sepak bola nasional." Masihkan pernyataan itu relevan? Ketika beberapa pemain di liga nasional tidak mendapat kesempatan untuk membela tim nasionalnya. Ketika pemain naturalisasi yang bahkan tidak pernah bermain di liga nasional memdapatkan peluang yang lebih besar. Lalu salahkah jika kemudian ada beberapa pemain yang ingin merubah kewarganegaraannya agar bisa bermain di kompetisi internasional. Sebuah kompetisi dengan level yang lebih prestisius.

Jangan terlalu serius menanggapinya. Ini hanyalah sebuah ilustrasi sederhana. Ketika halaman rumah di mana kita biasa bermain, rumputnya sudah tidak sehijau dahulu.

Bulan merindukan angan yang terbang mengawang-awang namun tersangkut di balik awan hitam yang menghalangi perjalanannya. Ketika idealisme dan cita-cita sudah tidak sejalan, dengan sendirinya patriotisme itu mulai mengendor. Masihkah darah ini merah dan tulang ini putih? Jangan-jangan keduanya sudah menghitam dan mengusam. Ini bukan soal materi, tapi soal hati.

Hidup ini seperti bermain kartu. Kita harus memilih dan mengambil keputusan. Namun ada hal yang diluar kendali kita. Seringnya, hal itullah yang membuat kita bimbang untuk mengambil suatu keputusaan. Apalagi keputusan yang akan sangat menentukan hidup kita ke depan.
Baca Juga

Artikel Terkait

2 komentar

  1. Ehmm! bulan merindukan angan yang terbang mengawang-awang. itu bahasa gimanaa gituu,bang. hehe :p

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebenarnya ini mencoba membalikkan "Punduk yang merindukan bulan". Tapi sepertinya gagal. Haha

      Hapus