zORB44u1Y5Szogk9hvRg5anbZDydcDDjseaSpgOw

Live Your Life With Love


Ada kalanya, kita merasa sangat jenuh dengan apa yang kita lakukan. Ketika setiap hari, dari mulai bangun tidur sampai tertidur kembali, hanya melakukan hal yang sama, di jam yang sama, dan di tempat yang sama. Ketika kita bisa mencapai apa yang pernah menjadi goal kita, mau tidak mau titik jenuh itu harus kita temui. Terlebih lagi, ketika titik jenuh itu kita temui justru karena tidak ada lagi goal yang ingin kita capai.

Pada titik jenuh itu, social media pun tampak sangat tidak menarik. Terasa begitu malas, bahkan untuk menarik nafas sekali pun. Tidak lagi ada sebongkah senyum yang terlempar dari raut wajah penuh semangat. Yang ada hanyalah ekspresi datar. Seandainya ada terlukis sebuah senyuman, hanya sekadar bersandiwara, basa-basi.

"Love the life you live, live the life you love." - Bob Marley

Jalani hidup dengan cinta. Ah, tolonglah. Jangan coba-coba untuk mempersempit kata cinta. Cinta tidak hanya sekadar untuk lawan jenis atau sesama manusia. Cinta juga untuk segala yang ada dalam hidup yang kita jalani, termasuk karir. Rene Suhardono pernah bilang, "Your job is just a tool. Your career is yours. Your career is you." Agak random memang memahaminya. Kalimat pertama, "Ucen mengawali pekerjaannya sebagai seorang blogger." Kalimat ke dua, "Ucen mengawali karirnya sebagai seorang blogger." Mungkin itu bisa sedikit membantu untuk membedakannya.

Berkarir hanya bisa dilakukan ketika kita sudah mencintai hidup, untuk berkarya, berkontribusi, dan dihargai. Yang terakhir memang sering disalahartikan. Penghargaan tidak hanya sekadar materi, lebih daripada itu. Seperti dalam Piramida Maslow. Jika tidak satu pun kita dapatkan dari ketiganya, satu-satunya yang patut untuk dipersalahkan adalah diri kita sendiri. Kenapa tidak mampu untuk mendapatkannya? Kenapa tidak mencoba untuk mendapatkannya di dunia yang lain? Idealisme seringkali berbenturan dengan realita yang ada. Ketika niat sudah bulat, namun ternyata masih belum berdaya. Loyalitas buta, militansi taklid, hanya istilah-istilah usang yang tidak patut diingat.

Tidaklah mudah untuk menemukan lagi sosok-sosok pemimpin yang bisa bersikap ibarat seorang ayah. Seorang ayah tidak hanya menyuruh anaknya untuk menjadi dewasa. Seorang ayah akan selalu berada disamping anaknya, membimbingnya hingga menjadi dewasa. Seorang ayah tidak akan menertawakan ketika anaknya melakukan kesalahan. Seorang ayah akan merasa ikut bersalah ketika anaknya melakukan kesalahan, karena dialah yang telah mendidiknya.

Semoga kamu tidak kebingungan membaca tulisan ini. Soalnya saya juga bingung ketika menuliskannya. Mungkin saya sedang merasa kehilangan. Atau, belum menemukan lagi rumah yang nyaman untuk ditinggali. Rumah yang penuh canda dan tawa. Rumah yang penuh kehangatan. Selamat malam.

____________________
Sumber gambar: Flickr
Baca Juga
Abah
Generasi Micinial

Artikel Terkait

2 komentar

  1. hahaa. aku bingung. orang kalau lagi galau emang mbingungi. xD

    BalasHapus