zORB44u1Y5Szogk9hvRg5anbZDydcDDjseaSpgOw

Untuk Merdeka Mereka Bersatu


Akhir-akhir ini saya sudah tidak pernah jogging lagi. Hari ini juga tidak. Pagi tadi saya menonton film Doremon. Saya kagum dengan Nobita dan kawan-kawan. Di saat Bumi sedang diserang roh-roh jahat dari Planet Sihir, mereka bersatu untuk menyelamatkan Bumi. "Aku juga ikut, aku ga rela kalau besok Bumi udah ga ada lagi." seru Shizuka. Memang itu hanya cerita fiksi. Tetapi katanya cerita Doraemon sudah dianggap sebagai ikon kebudayaan Jepang. Cerita serupa juga saya dapatkan dari kawan yang pernah menimba ilmu di Negeri Sakura. Maka tidak mengherankan jika Jepang kemudian menjadi salah satu raksasa Asia.

Bagaimana dengan Indonesia? Dalam hal bernegara, Anies Baswedan pernah bilang, "Sebagian besar kita hanya mau lakukan empat hal: bayar pajak, nyoblos, mengkritik, dan memuji. Tapi untuk terlibat? Kalau bisa, tidak usah." Padahal, kita bisa merasakan kemerdekaan juga karena dulu, para pendahulu kita, rela untuk bersama-sama, bersatu, terlibat dalam perjuangan meraih kemerdekaan. Saya hanya berharap, semoga apa yang pernah diucapkan Bapak Bangsa kita keliru. Katanya “Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu lebih susah karena melawan bangsamu sendiri.”

Ada yang bilang, di Indonesia memang banyak orang pintar, tetapi hanya sedikit dari orang pintar itu yang mempunyai visi. Pimpinan pun lebih banyak yang hanya menjadi mandor, bukan pemimpin. Masih ada sebagian orang yang ingin menjadi pimpinan karena ingin memerintah dan tidak ingin diperintah. Saya tidak ingin menggeneralisasi, mungkin memang hanya sebagian kecil pimpinan yang hanya ingin mendapatkan bayaran dan fasilitas atas posisinya tersebut dan justru menghindar ketika dihadapkan dengan risiko yang tidak ringan.

Parameter kesuksesan seorang pemimpin tidak bisa disamakan dengan seorang pendaki gunung. Sekilas memang terlihat sama, tetapi sejatinya berbeda. Seorang pendaki gunung setelah sukses mencapai puncak tinggal menikmatinya. Beda halnya dengan seorang pemimpin, setelah mencapai tampuk kepemimpinan, seorang pemimpin harus bertanggung jawab terhadap segala hal, termasuk segala kekeliruan dan dosa-dosa orang lain yang menjadi bawahannya.

Ada cuplikan dialog dalam film "Merah Putih", sebuah film drama fiksi historis Indonesia yang dirilis tahun 2009 dan bagian pertama dari rangkaian Trilogi Merdeka, yang sangat menarik untuk direnungkan.

Amir: "Kenapa aku? kenapa bukan kau saja pemimpinnya?"

Dayan: "Kalau aku yang jadi pemimpin, lantas siapa yang memberiku nasehat?"

Film Doraemon yang saya tonton pagi tadi menyisakan sebuah pertanyaan, "Sudahkah saya mau terlibat untuk bersama-sama turun tangan memenuhi janji-janji kemerdekaan republik ini?"

Selamat malam.
Baca Juga
Abah
Generasi Micinial

Artikel Terkait

Posting Komentar