zORB44u1Y5Szogk9hvRg5anbZDydcDDjseaSpgOw

Positif Mencintai


Sikap hidup, pola pikir, dan kebiasaan adalah faktor-faktor yang sangat berperan menentukan sukses atau kegagalan seseorang. Sukses hanya milik mereka yang bersikap positif dan optimistis dalam menjalani kehidupan. Sebaliknya, mereka yang bersikap negatif dan pesismistis, yang selalu melihat sesuatu hanya pada sisi gelapnya, besar kemungkinan hanya bakal jadi pecundang.

Pagi tadi, saya menerima email yang mempromosikan buku yang ditulis oleh CEO sebuah perusahaan media. Paragraf di atas saya kutip dari email yang saya terima tersebut. Pagi tadi pula, seorang teman berkomentar tentang Dirut BUMN termuda. Sebenarnya saya ingin langsung menanggapinya. Tetapi tadi kami langsung masuk lift dan suasana lift cukup penuh sehingga saya tidak sempat berkata apa-apa.

Katanya, kata temannya yang bertugas mengurusi media, penunjukkan Dirut BUMN termuda tersebut sekadar pencitraan Dahlan Iskan. Terlepas dari pencitraan atau bukan, melihat track record-nya, saya sangat percaya akan kapasitas dan kapabilitas yang dimilikinya. Dari tulisan-tulisannya selama beberapa tahun pun terlihat jika pola pikir sang dirut termuda tidak seperti PNS kebanyakan. Kata orang, kita bisa mengetahui karakter seseorang dari tulisannya.

Lagi pula, meskipun ditunjuk, seorang calon Dirut BUMN harus melalui fit and proper test. Sepertinya kita masih belum terbiasa ketika ada anak muda yang mampu mendahului orang tua. Billy Boen pernah mengatakan sesuatu yang intinya: Ketika orang tua punya pengalaman, anak muda punya masa depan. Dalam kasus ini, kita bisa memandang dari sisi gelap maupun sisi terangnya.

Entah siapa yang pertama kali, yang jelas banyak sekali yang mengatakan bahwa masa depan kita bergantung pada buku apa yang kita baca dan dengan siapa kita bergaul. Tadi, ketika hendak mencari sepatu untuk hobi baru saya, yang belum terlaksana, saya bertemu dengan dua teman kantor. Akhirnya, mereka pun menemani saya memilih sepatu. Sebenarnya saya termasuk orang yang mudah dipengaruhi, entah itu pengaruh positif maupun negatif. Benar saja, dengan siapa kita bergaul sangat berpengaruh karena kemudian pilihan akhir saya sangat berbeda seandainya saya memilih sepatu tanpa mendapat saran dari dua teman saya tadi.

Pulangnya, di jalan raya depan kosan, lagi-lagi Polisi mengadakan razia. Padahal Minggu malam kemarin, di tempat yang sama, Polisi baru saja mengadakan razia. Ketika memarkir motor, ada ibu-ibu penjual makanan sedang mengantarkan makanan untuk Bapak Kos. Saya pun berbasa-basi menyinggung razia di depan. Si ibu hanya berkomentar, "Maklum aja, udah tanggal tua." Entahlah, mungkin ibu tersebut memang bergaul dengan orang-orang yang selalu psimis dengan kondisi negaranya. Pun dengan apa yang dibacanya. Mungkin kebanyakan adalah berita-berita negatif tentang negeri ini yang memang banyak sekali dimuat di koran.

Seperti kata pepatah, yang sedikit diedit, "Daripada hujan emas di negeri orang, lebih baik hujan emas di negeri sendiri." Apapun yang diceritakan media tentang negeri ini, saya tetap mencintainya. Semoga bukan cinta yang sekadar kata-kata. Tetapi cinta yang terwujud melalui perbuatan yang berguna untuk Indonesia. Bagi saya, Indonesia tidak hanya status administrasi tentang kewarganegaraan. Bagi saya Indonesia adalah keluarga di mana saya dibesarkan. Saya harus lebih positif lagi untuk mencintai Indonesia.

"Karena hidup itu (selalu) soal keberanian. Termasuk keberanian untuk mengakui kelemahan diri sendiri dengan jujur." tulis Lailly Prihatiningtyas. Saya pun ingin menambahkan, "Dan keberanian untuk mengakui kelebihan orang lain, dengan jujur pula."
Baca Juga
Abah
Generasi Micinial

Artikel Terkait

Posting Komentar