zORB44u1Y5Szogk9hvRg5anbZDydcDDjseaSpgOw

Redefinisi Cinta Sejati


Sebelum sampai di salah satu bioskop di Jakarta Selatan, tidak disangka-sangka sebuah insiden kecil harus mendera saya. Beruntung saya masih bisa meneruskan perjalanan. Kala itu, berhari-hari yang lalu, saya mempunyai janji dengan Ida untuk ikut menemani Ajeng dan Uli menonton Frozen. Sebenarnya mereka sudah pernah membaca bukunya, tetapi ada beberapa istilah baru yang membuat mereka kesulitan memahami alur ceritanya.

Memasuki teater, ada hal yang mencuri perhatian saya. Seorang ibu datang berdua bersama anaknya dan duduk tepat sebaris di depan kami. Tidak lama kemudian, sang ibu meninggalkan anaknya yang masih balita tadi sendirian di dalam teater. Saya hanya mengira sang ibu pergi ke toilet dulu. Film pun mulai diputar. Konsep cerita film ini sendiri diadaptasi dari dongeng klasik lawas, The Snow Queen karangan Hans Christian Andersen, tentu saja dengan beberapa perubahan dan penyesuaian.

Cerita dimulai ketika di sebuah kerajaan bernama Arendelle terdapat dua orang putri, Elsa dan Anna. Sang kakak, Elsa, memiliki kemampuan sihir untuk menciptakan salju dan es. Sebuah insiden terjadi ketika Elsa bermain dengan sihirnya dan tidak sengaja melukai Anna. Insiden ini membuat kedua orangtua mereka menyembunyikan Elsa sampai Elsa mampu mengontrol kemampuan sihirnya untuk menghindari ketakutan dari rakyat Arendelle. Selama bertahun-tahun Elsa dikurung, tidak bisa lagi bermain bersama Anna.

Pada suatu hari Elsa terpaksa harus muncul di depan rakyat Arendelle untuk dinobatkan sebagai ratu. Sayangnya, pada hari penobatan tersebut Elsa tidak mampu mengontrol kemampuan sihirnya. Elsa pun melarikan diri dari kerajaan menuju Gunung Utara. Hari itu juga menjadi awal dari bencana yang menyelimuti Arendelle, tanpa sengaja Elsa telah menciptakan salju abadi yang menutupi seluruh Arendelle sepanjang tahun.


Anna memutuskan untuk mencari Elsa agar bisa menghentikan malapetaka yang menimpa Arendelle. Dalam pencariannya, Anna ditemani Kristoff dan Sven, seekor rusa kutub, juga Olaf, sang boneka salju. Suatu ketika, tidak sengaja jantung Anna terkena sihir Elsa yang membuat jantungnya membeku dan menjalar ke seluruh tubuhnya. Menurut penyihir penyembuh, Anna harus berjuang mendapatkan cinta sejatinya jika tidak ingin seluruh tubuhnya membeku untuk selamanya.

Awalnya Anna mencari Hans untuk menyembuhkan jantungnya yang beku. Namun sayang, orang yang dipercaya sebagai cinta sejatinya itu ternyata berkhianat dan ingin menjadi penguasa Arendelle. Anna pun mencoba bangkit dan mencari Kristoff, laki-laki baik hati yang selalu melindungi dan menyelematkan Anna, dan mengira dialah cinta sejatinya. Dia jugalah yang membawa Anna ke penyihir penyembuh dan memboyongnya pulang ke kastil. Kristoff tahu kalau Anna sudah dilamar Hans sehingga dia mengurungkan niatnya. Namun, Kristof tidak bisa membohongi dirinya sendiri dan kembali ke kastil untuk menolong Anna, orang yang dicintanya.

Bukan seperti akhir cerita dongeng pada umumnya, tubuh Anna yang sudah membeku bisa diselamatkan oleh cinta  Elsa, bukan Kristoff. Selama ini Elsa acuh dan menjaga jarak dengan Anna karena dia mencintai Anna dan tidak mau melukai Anna karena belum mampu mengendalikan sihirnya. Sebuah akhir cerita yang memutarbalikkan mitos cinta sejati di dunia dongeng dan meredefinisi arti cinta sejati ketika selama ini kita sering menganggap cinta hanya ada untuk hubungan laki-laki dan perempuan.

Menemukan cinta sejati tidaklah mudah. Terkadang ada orang yang datang dan menawarkan ketulusannya, tetapi takdir justru berkata lain. Ada pula momen ketika kita sudah menemukan cinta yang kita anggap sebagai cinta sejati, tetapi hatinya malah membeku dan tidak membalas cinta kita. Memang menemukan cinta sejati tidaklah mudah, karena jika cinta sejati dapat kita temukan dengan mudah, kita tidak akan pernah mengetahui makna cinta sejati. Butuh pengorbanan untuk menemukan cinta sejati, seperti pengorbanan yang dilakukan Elsa untuk Anna.

Cerita sudah tamat. Lampu teater perlahan dinyalakan. Para penonton beranjak pulang. Perhatian saya kembali terfokus pada satu deret bangku di depan saya. Anak kecil tadi pun sudah tidak ada di bangkunya. Selama menonton saya perhatikan dia tetap sendirian tanpa ditemani ibunya. Saya pun terpaksa harus berburuk sangka jika mungkin ibunya menonton film lain di teater lain dan meninggalkan anaknya untuk menonton film yang sesuai dengan usianya, sendirian. Padahal, bukan tidak mungkin sang ibu mempunyai cinta yang berbeda dari yang lainnya, meninggalkan anaknya untuk membentuknya menjadi anak yang mandiri. Kita hanya bisa menerka-nerka.
Baca Juga
Abah
Generasi Micinial

Artikel Terkait

3 komentar

  1. belum nonton, nunggu pak bos donlut dulu, hehehe...

    BalasHapus
    Balasan
    1. bagus banget tau :D coba geh nonton :D kemaren gue udah nonton bareng manteman :D

      Hapus
  2. hehe bagus banget film frozen itu :D gue seneng deh so amazing :D

    BalasHapus