zORB44u1Y5Szogk9hvRg5anbZDydcDDjseaSpgOw

Kereta Saja Bergandengan


Gerbong kereta tidak akan berjalan jika tidak bergandengan dengan lokomotifnya. Berbeda dengan para bujangan, dan yang mengaku bujangan, kami masih tetap bisa berjalan ke kondangan meski tanpa membawa gandengan.

Hari Minggu kemarin saya berangkat ke Depok untuk menghadiri undangan pernikahan. Sepulang dari kondangan, saya tidak turun di Stasiun Cikini. Saya meneruskan perjalanan hingga Stasiun Kota untuk menyusul ibu-ibu yang sedang berbelanja di Pasar Asemka. Ibu-ibu berbelanja mainan untuk anak-anak di Girli.

Lewat pukul dua siang saya baru tiba di Stasiun Kota. Ketika saya tiba, ibu-ibu sudah selesai berbelanja dan anak-anak sedang bermain di Museum Wayang. Mungkin karena masih tanggal muda, stasiun tampak begitu ramai. Kereta komuter yang biasanya lengang di akhir pekan, siang itu sesak dengan penumpang. Selesai berbaris panjang dalam antrean loket tiket, kami pun bergegas menuju peron.

Tampak kereta sudah mau berangkat. Seorang ibu sempat terjepit pintu kereta saat memaksa masuk gerbong khusus wanita. Pintu kereta pun terbuka lagi. Naila yang saat itu ada di belakang ibu tadi ikut meloncat ke dalam kereta saat pintu kereta kembali terbuka. Naas, seketika pintu kereta kembali tertutup. Naila terpisah dari rombongan. Dari luar saya masih bisa melihat Naila yang menangis ketakutan. Apa daya, kereta tetap berangkat. Bu Yuyun, Ibu Naila mendadak lemas.


Sambil mencoba berpikir mencari solusi saya mengingatkan Ara, yang kebetulan ada di samping saya, agar tidak berpisah dari rombongan. Tiba-tiba saya terpikir untuk mendatangi kantor keamanan kereta yang ada di Stasiun Kota. Setidaknya pihak kereta api pasti bisa menghubungi kru di dalam kereta. Ternyata benar ada dan memang seharusnya ada. Satpam menyarankan agar saya datang saja ke PAP atau pengawas peron.

Saya pun mengajak Bu Yuyun untuk mendatangi PAP. Petugasnya cukup sigap menangani pengaduan kami dengan menghubungi PAP Stasiun Jayakarta, baranga kali Naila turun di sana, dan tentu saja menghubungi kru yang ada dalam kereta. Lama menunggu, Naila tak kunjung ditemukan. Ketika saya keluar untuk membeli minum, saya melihat Naila sudah kembali ke Stasiun Kota dengan masih terisak-isak. Beruntung ada penumpang lain yang mau mengantar Naila kembali ke Stasiun Kota. Kami pun melanjutkan perjalanan. Ibu-ibu kembali ke Depok, saya turun lebih dulu di Stasiun Cikini.

Pesan moralnya, bergandengan tanganlah agar tidak tersesat. Apalagi jika pergi ke kondangan. Jangan ditanya korelasinya apa. Karena semua hal, jika dipaksakan, pasti akan ada korelasinya. Kereta saja bergandengan, masa ... tidak.
Baca Juga
Abah
Generasi Micinial

Artikel Terkait

Posting Komentar