Saya suka merasa tersentil ketika menonton sitkom Tetangga Masa Gitu? karena merasa cerita keluarga kami terproyeksi dalam sitkom ini. Tetangga Masa Gitu? adalah sebuah sitkom yang menampilkan kehidupan sehari-hari dua pasang suami isteri. Adi dan Angel sudah menikah sepuluh tahun sedangkan Bastian dan Bintang usia pernikahannya masih bisa dihitung jari. Kedua pasangan ini hidup bertetangga.
Kami memiliki satu tetangga yang rumahnya menempel dengan rumah kami. Usia pernikahan kami pun baru seumur jagung sedangkan tetangga sudah bertahun-tahun. Salah satu yang paling nyentil adalah ketika Bastian mengaku-aku anak gunung padahal ternyata baru sekali naik gunung. Tentu saja tersentil karena saya juga baru naik gunung. Padahal peralatan saya lumayan lengkap, carrier, sepatu, buff, kemeja, celana, kupluk, dan peralatan-peralatan lainnya. Bahkan gaiters juga saya punya.
Ketika menyiapkan semua peralatan itu saya berpikir bahwa persiapan naik gunung tidak boleh main-main. Termasuk persiapan dari segi peralatan. Karena itu saya berusaha mempersiapkannya sebaik mungkin demi kenyamanan dan utamanya untuk keselamatan.
Tapi karena semua peralatan itu tidak, lebih tepatnya “belum”, pernah saya gunakan lagi, beberapa orang teman menawar untuk membelinya dengan harga loak. Setengahnya pun tidak sampai. Padahal semuanya masih saya pakai untuk kegiatan lain. Carier sering saya pakai untuk mudik. Sepatu saya pakai kalau ada acara outbond. Sarung tangan dan jaket saya pakai buat naik motor. Tidak sepenuhnya dianggurkan.
Meski begitu bukan berarti saya sudah tidak mau naik gunung lagi. Saya hanya sedang masa reses. Masa anggota DPR saja yang punya masa reses? Kalau kata Paulo Coelho, “The novel wrore itself, the writer only typed it.” Sebagai tokoh dalam cerita pendakian, saya hanya sedang menunggu masa ketika cerita pendakian saya kembali ditulis.
Jadi, kapan kita mau naik gunung lagi?