Salah satu hal yang paling kami perhatikan dalam memberikan sesuatu untuk Jagoan adalah mainan. Banyak mainan lucu, berwarna-warni, dan beraneka ragam bentuk serta fungsinya, yang cukup menarik minat saya. Bahkan, saya sering ikut senang ketika memainkan mainan Jagoan atau yang dipajang di etalase toko. Saya percaya jika mainan yang kita beri tidak sekadar alat bermain, namun dapat sebagai alat stimulasi.
Satu contoh, entah apa namanya, tetapi kami menyebutnya guling kricik-kricik. Disebut guling kricik-kricik karena ketika digoyangkan akan berbunyi kricik-kricik dari dalam guling tersebut. Guling ini bukan berfungsi sebagai guling Jagoan ketika tidur, namun sebagai mainan Jagoan. Jagoan sangat gemar memainkan helaian renda pada guling, yang jika diremas akan berbunyi kresek-kresek, yang melatih motorik halusnya. Memang, niat awal beli guling kricik-kricik ini adalah karena helaian renda di guling ini sesuai dengan besarnya minat Jagoan terhadap bunyi tas plastik belajaan yang jika diremas-remas akan berbunyi kresek-kresek. Selain itu, guling ini juga dapat melatih Jagoan belajar merangkak dengan gerakan awal mengangkat tubuhnya dengan kedua tangan dan paha kakinya.
Maklumlah kalau kami berkerja agak lebih keras untuk melatih Jagoan supaya lebih terampil sesuai dengan usianya, karena tanpa tedeng aling-aling dokter anak pernah bilang kalau perkembangan anak kami ini sedikit terlambat. Orangtua mana yang tidak akan shocked anaknya dibilang seperti itu? Sempat kami bersikukuh dan melakukan observasi dengan membandingkan data perkembangan Jagoan dengan tabel perkembangan. Dari hasil observasi itu, kami menyimpulkan jika perkembangan Jagoan tidak terlambat. Akan tetapi, pada akhirnya kami berpikir bahwa mengiyakan apa yang dikatakan dokter akan membuat kami lebih aktif dalam melatih tumbuh kembangnya. Sejak itulah kami memiliki program stimulasi Jagoan yang dilakukan seluruh keluarga kami, dibantu dengan mainan yang memiliki banyak fungsi stimulasinya.
Balik lagi mengenai guling kricik-kricik. Guling ini adalah salah satu mainan kesukaan Jagoan jika sedang di tempat tidur. Menurut kami begitu, karena dari beberapa mainan yang ada di tempat tidur, ia paling sering meraih guling kricik-kricik ini. Jagoan juga bisa narsis di depan cermin yang ada di salah satu ujungnya. Ia sering tertawa melihat bayangannya dicermin plastik itu. Ini baik untuk menstimulasi perkembangan sosialnya. Tidak masalah jika ia menjadi narsis melihat banyangannya, karena artinya ia lagi mengenal bentuk fisik dirinya.
Selain guling kricik-kricik, mainan kesukaan Jagoan lainnya adalah si jerapah kuning. Anak usia satu tahun ke bawah senang sekali memasukkan barang-barang atau jari ke mulutnya. Kalau menurut Sigmund Freud, salah satu tokoh psikologi, anak usia satu tahun ke bawah ada pada tahap perkembangan oral, fase ketika area kenikmatannya ada di mulut. Sama halnya dengan Jagoan, ia senang memasukkan tangannya ke dalam mulut. Akhirnya kami membeli teether atau mainan gigit sebelum Jagoan mampu menggenggam. Alhasil, dulu kami suka menggendong Jagoan sambil mengarahkan si jerapah kuning ke mulutnya agar bukan tangan yang masuk mulut. Karena kebiasaan itu, pernah kami dipelototin orang karena memberikan plastik ke bayi kami ketika jalan-jalan.
Jagoan memiliki empat teether, dua berbentuk lingkaran, satu berbentuk jerapah gepeng, satu lagi berbentuk jerapah. Nah, yang paling diminati adalah teether berbentuk jerapah, yaitu si jerapah kuning. Kalau bermain dengan teether ini, Jagoan bisa lama bahkan sampai berbunyi “ngik.. ngik.. ngik..”, gigitan Jagoan ke si jerapah kuning. Si Jerapah Kuning ini lebih mudah dipegang, sehingga Jagoan lebih senang dengan si jerapah kuning daripada yang lain. Mulai dari hidung yang bulat, ekor, sampai kakinya, semuanya bisa untuk digigit Jagoan, meski antara satu sisi dengan sisi yang lain bentuknya berbeda, dengan tingkat kesulitan menggigit yang berbeda pula tentunya.
Kami masih ingat ketika ia pertama kali mampu memegang benda, si jerapah kuninglah yang dipegangnya untuk beberapa saat. Seharian itu, ia seringkali memegang jerapahnya sambil berbunyi “ngik.. ngik.. ngik..”. Maka, tercapailah satu fungsi si jerapah kuning. Selain buat teether, si jerapah kuning juga melatih Jagoan dalam menggenggam benda.
Si jerapah kuning pernah hilang dua hari, karena sering dimasukkan mulut dan sering dimainkan, sehingga harus sering dicuci pula. Ukuran yang lumayan kecil membuatnya mudah terselip. Bukan Jagoan yang (mungkin) sedih, karena ia belum mengetahui, tapi kami orangtuanya yang sedih karena mainannya hilang, bahkan kami sampai kelimpungan mencari mainan serupa di toko-toko bayi. Lebih sedih lagi ketika diberikan teether lain, Jagoan tidak senyaman seperti ketika bermain dengan si Jerapah Kuning. Untungnya si jerapah kuning dapat ditemukan, terselip di antara kasur dan dipan. Kami pun lega.