zORB44u1Y5Szogk9hvRg5anbZDydcDDjseaSpgOw

Menakar Kapasitas Energi Bayu Indonesia


Mulanya, Banyuwangi hanyalah sebuah kabupaten miskin di ujung timur Pulau Jawa. Kini, di tangan Bupati Abdullah Azwar Anas, Banyuwangi bisa sangat maju dan tersohor. Beragam festival rutin digelar sepanjang tahun dengan menampilkan pelbagai perayaan kebudayaan untuk menarik wisatawan. Berkat festival tersebut, dalam kurun waktu lima tahun terakhir, perekonomian Banyuwangi bertumbuh dengan tren positif. Pertumbuhan ekonominya berada di atas rata-rata Jawa Timur, bahkan nasional.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), pendapatan per kapita masyarakat Banyuwangi terdongkrak 62 persen dari Rp20,8 juta di tahun 2010 menjadi Rp33,6 juta di tahun 2014. Angka ini mengungguli sejumlah kabupaten/kota di Jawa Timur. Prestasi tersebut membuat dua periode kepemimpinan Bupati Anas mendapat banyak sanjungan, dari dalam dan luar negeri.

Awal tahun lalu, Banyuwangi berhasil meraih predikat juara dunia di ajang United Nations World Tourism Organization Awards ke-12 yang berlangsung di Madrid, Spanyol. Ajang ini merupakan penghargaan inovasi di sektor pariwisata. Kabupaten berjuluk The Sunrise of Java ini terpilih sebagai The Winner of Re-Inventing Goverment in Tourism dalam kategori Innovation in Public Policy Governance.

Banyuwangi tidak hanya serius melakukan pembangunan di sektor pariwisata. Di sektor energi, Banyuwangi juga menunjukkan keseriusannya dengan membangun sumber energi terbarukan. Di Kecamatan Wongsorejo, Banyuwangi akan bersiap menjadi negeri kincir angin. Di wilayah utara Banyuwangi itu, investor dari Perancis akan membangun pusat energi yang dihasilkan dari kincir angin. Tengah tahun lalu, kontrak sewa lahan seluas tiga ratus hektar milik masyarakat setempat sudah diteken untuk dijadikan lokasi pembangunan kincir angin.

Penyewaan lahan milik warga tersebut tidak akan mematikan kegiatan pertanian. Meskipun lahan seluas 300 hektar tersebut dijadikan area pemasangan tiang pancang kincir angin, lahan dibawahnya masih bisa digunakan untuk kegiatan pertanian. Keberadaan kincir angin itu tidak akan mengganggu dan menggusur pertanian warga karena lahannya masih bisa difungsikan dengan baik untuk bertani. Selain merekrut tenaga kerja dari warga setempat, kincir angin ini juga bisa menjadi destinasi wisata baru di Banyuwangi.

Di laman Good News From Indonesia, disebutkan pembangunannya direncanakan terlaksana tahun 2016 kemarin. Sayangnya, hingga saat ini, saya belum memperoleh data terkait capaian proyek kincir angin tersebut. Yang jelas, di wilayah Indonesia lainnya, termasuk di Makassar, saat ini sedang dibangun Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) terbesar di Indonesia. PLTB Sidrap disiapkan untuk menjadi PLTB terbesar di Indonesia dengan kapasitas 70 MW. PLTB tersebut masih dalam pengerjaan dan ditargetkan rampung mulai beroperasi tahun ini.

PLTB adalah salah satu pembangkit listrik energi terbarukan yang ramah lingkungan dan lebih efisien jika disandingkan dengan pembangkit listrik energi terbarukan lainnya. Prinsip kerja PLTB adalah dengan memanfaatkan energi kinetik angin yang masuk ke dalam area efektif turbin untuk memutar baling-baling/kincir angin, kemudian energi putar ini diteruskan ke generator untuk membangkitkan energi listrik.

Menurut hasil riset yang dilakukan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), dari 166 lokasi yang diteliti, ada 35 lokasi yang memiliki potensi angin yang baik dengan kecepatan angin diatas 5 meter per detik pada ketinggian 50 meter. Daerah tersebut di antaranya adalah Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT), pantai selatan Jawa, dan pantai selatan Sulawesi. Selain itu, LAPAN juga menemukan 34 lokasi dengan kecepatan angin 4 hingga 5 meter per detik. Potensi energi angin Indonesia memang cukup besar. Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) mencatatkan potensi sebesar 60.647,0 MW untuk kecepatan angin 4 meter per detik atau lebih.

Beberapa lokasi telah dan sedang dikembangkan menjadi PLTB. Misalnya di Jeneponto dan Bantul. PLTB Jeneponto berlokasi di Desa Jombe, Kecamatan Turatea, Jeneponto, akan menyumbang sekitar 70 MW bagi pasokan listrik PLN Sulselrabar. Proyek yang dikerjakan PT Energi Angin Indonesia ini memiliki kapasitas total 162,5 MW dari 65 unit turbin. Hingga medio tahun 2017 ini, baru 70 MW yang sudah masuk dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN Sulselrabar. Energi listrik ini akan dialirkan ke sistem transmisi 150 KV meliputi Palu-Mamuju, Wotu-Masamba, dan Sengkang-Siswa.

Sementara itu, PLTB Bantul merupakan PLTB terbesar di Indonesia dan merupakan bagian dari Program Infrastruktur Ketegalistrikan (PIK) yang lebih dikenal dengan Program Listrik 35.000 MW. Dengan 30 turbin angin yang akan dipasang, nantinya bisa dipanen 50 MW listrik. Proyek yang terletak di pantai Samas ini ditargetkan bisa rampung pada tahun 2018 mendatang, dengan nilai investasi sekitar Rp2 triliun.

Rencana Pemerintah untuk membangun lebih banyak PLTB ini di antaranya karena PLTB tidak membutuhkan sumber energi fosil yang harganya cukup mahal dan tidak terbarukan. Apalagi, Indonesia sekarang telah berstatus sebagai net importir BBM. Selain itu, PLTB adalah salah satu penghasil energi yang ramah lingkungan, sehingga sejalan dengan upaya pelestarian lingkungan dan pengurangan gas rumah kaca.

Seperti yang direncanakan di Banyuwangi, PLTB bisa dibangun di lahan pertanian tanpa mengganggu aktivitas pertanian itu sendiri. PLTB juga bisa dibangun di pelosok tanah air, termasuk di daerah terluar, tertinggal, dan terpencil. Hal ini dapat meningkatkan rasio elektrifikasi nasional dan pemerataan penyediaan listrik bagi seluruh masyarakat di seluruh pelosok negeri. Biaya produksinya pun cukup kompetitif. Di Denmark, biayanya terhitung sebesar USD6 per kwh.

Perkembangan teknologi membuat harga listrik dari energi terbarukan kian murah murah dan kian mampu bersaing dengan listrik dari energi fosil. Pada Mei 2017 kemarin, bertempat di Kementerian ESDM, Menteri ESDM Ignasius Jonan bersama Menteri Kerja Sama Pembangunan Denmark Ulla Tornaes, meluncurkan Peta Potensi Energi Angin Indonesia dan buku Integration of Wind Energy in Power Systems. Moga hal ini menjadi langkah awal yang baik menuju Indonesia yang berswasembada energi.
Baca Juga
Abah
Generasi Micinial

Artikel Terkait

Posting Komentar