zORB44u1Y5Szogk9hvRg5anbZDydcDDjseaSpgOw

Anugerah Duta Transformasi 2017


Jelang penutupan Workshop Duta Transformasi Kementerian Keuangan pekan kemarin, tetiba saya didapuk jadi pemegang tongkat narsis (tongsis) untuk berswafoto bersama Ibu Sri Mulyani Indrawati, Menteri Keuangan. Padahal, saya hampir tidak pernah memegang tongsis, apalagi dengan kondisi tertancap ke sebuah action camera. Bagai telur di ujung tongsis, reputasi saya, yang tidak ada seujung kuku, dipertaruhkan hari itu.

Ibu SMI memang dikenal cukup ramah dengan ajakan berswafoto bersama. Beliau bahkan sering membawa tongsisnya sendiri. Saya pun kemudian memasang aplikasi untuk mengatur action camera langsung dari layar ponsel. “Ini tugas penting, Mas Mat.” Mbak Fitri mengakhiri tutorial tongsis dengan kembali mengingatkan betapa pentingnya tugas yang bakal saya emban. Saya kian tegang.

Bila di workshop sebelumnya Ibu SMI hadir sebagai sebuah kejutan, kali ini sudah sedari awal beliau dijadwalkan untuk hadir. Suasana jadi semakin tegang karena audio dari laptop saya belum terhubung dengan sound system di Aula Mezzanine Gedung Juanda I. Pasalnya, saya mendadak diminta membuat video singkat tentang kegiatan beberapa Duta Transformasi tahun ini. Saya termasuk di antaranya.

Hingga lewat tengah malam video itu masih belum berhasil di-render. Padahal, malam itu juga ada tugas dari kelas workshop menulis opini bersama Tempo Institute. Untuk meminimalisasi risiko malfungsi, saya menampilkan konsep video tersebut langsung dari laptop saya. Sewaktu berbagi pengalaman Duta Transformasi Kementerian Keuangan kepada teman-teman di Kementerian Agama, beberapa fitur tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Itu pula yang menjadi alasan presentasi saya di ajang final kompetisi #15HariCeritaEnergi berupa video.


Sama sekali saya tidak menduga jika video yang saya buat akan dipakai untuk pengumuman Duta Terbaik. Pada kesempatan itu, Ibu SMI menyampaikan bahwa ada tiga hal yang perlu dilakukan untuk mewujudkan transformasi. Pertama, transformasi itu harus dapat diukur untuk diketahui hasilnya. Ke dua, Duta Transformasi harus dapat menganalisa dan memahami kultur atau budaya organisasi. Terakhir, memahami media yang dipakai untuk menyebarkan informasi.

Beliau juga mendorong agar para Duta Transformasi bisa terus berinovasi dan tidak mudah menyerah selama bertugas untuk menyosialisasikan kegiatan-kegiatan transformasi kelembagaan kepada seluruh unit di Kementerian Keuangan.

Hari itu, malamnya, Ibu SMI akan menerima penghargaan sebagai Menteri Terpopuler, sekaligus Kementerian Keuangan sebagai kementerian terpopuler, dari majalah Warta Ekonomi. Meski begitu, beliau berpesan agar Duta Transformasi harus mampu menjadi wajah Kementerian Keuangan dan menjelaskan pentingnya masyarakat memahami APBN, tidak hanya menterinya. "Apabila Kemenkeu bisa membuktikan sebagai institusi yang efisien, dan jika di-zoom terhadap kepentingan nasional, maka hal yang Anda lakukan akan sangat berpengaruh pada perkembangan ekonomi nasional," tuturnya.


Usai memberikan arahannya, Ibu SMI berpindah ke belakang peserta untuk berswafoto bersama membelakangi panggung. Sesuai rencana, posisi saya tepat berada di sampingnya dengan tongsis sudah dalam genggaman. Saya sudah mengangkat tongkat, tapi kemudian kami malah diminta untuk berfoto dengan beberapa fotografer yang sudah berbaris di hadapan kami. Konsentarasi saya buyar, dan yang paling fatal saya gagal memegang tongkat komando sesi swafoto. Untungnya tutor saya sigap melihat situasi dan segera mengambil alih komando.

Meski telah gagal di ujung tongsis, saya bangga menjadi bagian dari Kementerian Keuangan. Kisah perjalanan saya di Kementerian Keuangan bisa dibilang sangat rumit. Namun, sekarang saya bungah, keputusan yang saya ambil tidak sia-sia. Terima kasih Ibu. Moga kami bisa memberi kontribusi lebih baik, untuk masa depan republik yang lebih baik.

____________________
Foto: Dian Utami Ningsih dan Fitri Mayang Sari
Baca Juga
Abah
Generasi Micinial

Artikel Terkait

Posting Komentar