zORB44u1Y5Szogk9hvRg5anbZDydcDDjseaSpgOw

Jago Literasi Sedari Usia Dini


Pada 2012 silam, UNESCO melansir data yang menujukkan bahwa indeks minat baca orang Indonesia baru mencapai 0,001. Artinya, dari setiap seribu orang Indonesia hanya ada satu orang yang memiliki minat baca. Kepala Editor Trans Media Titin Rosmasari, sebagaimana dilansir tirto.id, mengungkapkan bahwa rendahnya budaya literasi Indonesia menjadi salah satu faktor masyarakat mempercayai hoaks atau berita palsu.

Dalam Bahasa Latin, literasi disebut sebagai literatus, artinya orang yang belajar. UNESCO menjelaskan bahwa literasi adalah seperangkat keterampilan yang nyata, khususnya keterampilan kognitif dalam membaca dan menulis yang terlepas dari konteks di mana keterampilan tersebut diperoleh, dari siapa keterampilan tersebut diperoleh, dan bagaimana cara memperolehnya. Menurut UNESCO, pemahaman seseorang mengenai literasi akan dipengaruhi oleh kompetensi bidang akademik, konteks nasional, institusi, nila-nilai budaya, serta pengalaman.


Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengelompokkan ragam literasi keluarga ke dalam enam gugus. Salah satunya adalah gugus literasi baca tulis. Satu keluarga dikatakan melek literasi baca tulis ketika keluarga tersebut memiliki kemampuan mengakses, memahami, dan mengolah informasi saat membaca dan menulis.

Ketika 2015 Jagoan lahir, kami berupaya menstimulasi semua aspek perkembangan sesuai dengan usianya. Begitu pun dengan perkembangan kemampuan literasi baca tulisnya. Literasi baca tulis memiliki dua sifat: reseptif dan produktif. Reseptif atau penerimaan bahasa berkaitan dengan keterampilan membaca. Sementara, produktif berkaitan dengan keterampilan menulis.

Kegiatan menumbuhkan minat literasi baca tulis dapat distimulasi sedini mungkin. Kami memulainya dengan merangsang kemampuan baca Jagoan. Ketika kemampuan baca distimulasi sesuai dengan usia perkembangannya, proses tersebut akan jadi lebih asyik dan bermakna, bukan malah menjadi momok dan menghambat perkembangannya. Berikut ini tahap-tahap pembelajaran literasi yang kami rancang untuk merangsang dan mengoptimalisasi kemampuan baca Jagoan.

Pembelajaran 1: Mencintai Buku


Kami mulai dengan mengajak Jagoan untuk lebih dulu mengenal dan mencintai buku. Kami menjadikan buku sebagai sahabat keluarga. Pengenalan buku pada anak usia dini haruslah menyenangkan dan menantang. Rentang konsentrasi yang pendek dan pesatnya perkembangan motorik kasar cenderung membuat anak mudah teralihkan. Pengenalan buku pada anak usia dini, karena itu, mesti dimulai dengan buku-buku yang mengajak anak untuk beraktivitas. Kami berusaha selektif memilih buku sesuai usia Jagoan. Semakin dini usianya, semakin sederhana gambar dan teks pada buku yang kita pilih.

Pada suatu hari, Jagoan pernah menemukan buku biologi yang penuh dengan gambar organ tubuh manusia. Ia sangat tertarik dengan buku itu. Kami pun menemukan satu buku pop up organ tubuh masusia dari market place. Jagoan senang sekali membaca buku itu. Saban bangun tidur ia buka-buka dan ia mainkan setiap halamannya. Pada akhirnya, ia hapal organ dalam tubuh manusia. Jagoan juga hapal bagaimana alur makanan masuk ke dalam tubuh hingga menjadi feses lalu dibuang melalui anus. Padahal, saat itu ia belum bisa baca. Jangankan baca, huruf saja ia belum mengenalnya.

Bila orangtua menumbuhkan minat literasi sejak dini, minat tersebut cenderung ke arah kesukaan. Anak tidak boleh merasa dipaksa ketika mulai belajar baca. Anak harus memiliki rasa ingin tahu terhadap buku yang sedang ia baca. Karena rasa ingin tahunya yang tinggi, Jagoan pernah menangis karena belum bisa membaca buku yang ia sukai. Padahal, sat itu usianya belum lama genap tiga tahun. 

Pembelajaran 2: Mendengarkan Buku


Tentu saja, anak mendengarkan buku melalui orangtua atau anggota keluarga lain yang membacakan buku untuknya. Membacakan buku haruslah dengan cara yang menarik dan sesuai usianya. Cara membacakan buku untuk anak usia dua tahun haruslah berbeda dengan dengan cara membacakan buku anak usia lima tahun. Yang paling penting, hindari membacakan buku sama persis dengan tulisannya.

Untuk anak usia prasekolah, sebaiknya orangtua membaca terlebih dahulu. Kemudian ceritakan sesuai gambar dan ceritanya dengan versi sederhana. Setiap membacakan buku, perhatikan anak kita, tertarik atau bosan. Jangan berasumsi bahwa anak selalu menyukai cerita yang kita bacakan. Jika anak bergerak, jangan paksakan untuk tetap duduk dan diam, biarkan ia bergerak terlebih dulu. Konsentrasi anak prasekolah masih terbatas. Bung dan Nona bisa berhenti membacakan cerita selama anak bergerak.

Seorang pakar pendidikan anak usia dini, Beverly Otto, menyakini bahwa pengamatan anak terhadap bahasa tulis mungkin dimulai sejak bayi atau batita. Hal ini ditunjukkan ketika batita bisa fokus ketika ada orangtua atau saudara yang membacakan buku cerita untuknya. Bahkan, seiring dengan perkembangan usianya, ia akan mempraktikkan kegiatan membaca mengikuti ingatannya sewaktu ada orangtua atau saudara membacakan cerita.

Pembelajaran 3: Mengenal Huruf


Salah satu cara agar anak tertarik mengenal huruf adalah dengan mempermudah akses anak pada media keaksaraan di lingkungan rumahnya, sehingga tanpa disadari ia akan terbiasa melihat huruf. Anak tidak selalu harus duduk belajar mengenal huruf, seperti menempelkan huruf-huruf dengan berbagai bentuk, ukuran, dan warna di dinding atau di mainannya.

Perlu ditekankan bahwa anak prasekolah akan lebih banyak menerima manfaat jika minat literasinya dikembangkan daripada hanya belajar mengenal huruf. Pada beberapa kejadian, orangtua cenderung mengenalkan dan mengajarkan huruf hingga membaca kalimat, tetapi minimal dalam mengembangkan minat literasinya. Bahkan, kegiatan literasi di rumah sebagai stimulasi untuk anak sering terlewatkan.


Jagoan bersekolah di taman kanak-kanak Islam. Di sekolah, Jagoan baru diajarkan huruf hijaiyah. Jagoan mengenal huruf alfabet sebatas huruf-huruf yang membentuk namanya. Jika ada barang yang dinamai dengan namanya, Jagoan akan mengenalinya. Supaya tidak membingungkan Jagoan, kami pun di rumah belum mengenalkannya pada huruf alfabet yang lain, selain lima huruf yang membentuk namanya.

Akan tetapi, bila anak Bung dan Nona bersekolah di taman kanak-kanak umum, tidak ada salahnya mulai mengenalkan huruf alfabet kepada anak. Mengenal huruf adalah kemampuan prasyarat dalam membaca, sehingga manfaat mengenalkan huruf pada anak di usia prasekolah, baik di rumah atau di taman kanak-kanak, dapat menjadi dasar dalam belajar membaca. Selain itu, mengenalkan huruf pada anak di usia prasekolah juga dapat membantu anak pada pelajaran membaca yang akan diterimanya secara formal di sekolah dasar.

Begitulah tiga tahap pembelajaran sederhana yang kami terapkan untuk menstimulasi perkembangan literasi Jagoan supaya jago literasi sedari usia dini. Keluarga sebagai lingkungan pertama anak merupakan faktor yang paling mempengaruhi minat literasi, entah di keluarga ada kegiatan literasi atau tidak, entah kegiatan itu menyenangkan atau tidak. Apalagi, orangtua adalah panutan, termasuk menjadi panutan dalam membudayakan literasi.
Baca Juga
Abah
Generasi Micinial

Artikel Terkait

10 komentar

  1. Rasanya banyak fase pada anak yang terlewat agar ia mengenal literasi dengan rasa cibta dan ingin tahu yang besar. Salah saya mengenalkannya pada komputer agar bisa melatih gerak kasarnya, tetapi sekarang kecanduan main gim dari ponsel serta abai untuk baca buku yang ada. Sepertinya saya harus berjuang keras.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kitanya yang harus tegas supaya anak tidak kecanduan main hp lagi.

      Hapus
  2. Literasi sejak dini, artikel yang menarik. Kebiasaan membaca sejak dini, membuat anak akan semakin cerdas, kritis, dan kreatif. Juga terhindar dari gangguan game online dan smarphone. Tapi, ada literasi digital juga yang bertebaran di dunia maya, baiknya mulai dikenalkan saat anak sudah siap memiliki smartphone dan diizinkan mengakses internet, tentunya cara mendidiknya berbeda lagi..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul, selain literasi baca tulis, kelima literasi lain juga perlu dikenalkan pada anak. Tapi jangan lupa untuk menyesuaikan dengan usia tumbuh kembangnya.

      Hapus
  3. jadi ingat dulu jaman masih kecil tahun 90an saya suka dibelikan buku cerita yang waktu itu harganya nggak murah. karena itu akhirnya janjian sama teman untuk tukar2an buku cerita. lalu punya cita-cita bikin persewaan perpustakaan kusus komik dan buku cerita. sekarang hampir semua orang lebih suka melihat video daripada membaca :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Faktor aksesibilitas internet juga berpengaruh, sih. Semakin murah dan cepat akses internet, semakin mudah kita menonton video dari gawai.

      Hapus
  4. hmm berarti bener harus mendidik anak di usia dini ya, sebelum anak punya banyak kegiatan yang jadi ga fokus

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yang pasti harus sesuai usianya. Kalau sudah lebih besar, tentu saja tahap pembelajarannya juga berbeda. Banyak kegiatan bukan alasan untuk abai dengan perkembangan literasinya.

      Hapus
  5. Makasi inspirasinya Pak... kebetulan sedang punya baby dirumah... mulai saya tanamkan sejak dini untuk gemar membaca

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih. Senang bisa menginspirasi. 😃

      Hapus