zORB44u1Y5Szogk9hvRg5anbZDydcDDjseaSpgOw

Mogok ASI


Lahir di masa pandemi COVID-19 membuat Mbul, adik Jagoan, selalu di rumah. Satu-satunya alasan Mbul keluar rumah adalah untuk imunisasi. Itu pun di rumah sakit yang kami pastikan aman untuk anak-anak. Sesuai julukannya, Mbul suka nyusu dan sekarang mulai suka makan. Tak heran beratnya sekarang sudah 9 kilogram lebih di umurnya yang baru 6 bulan. Senang, sih, tapi harus banyak energi untuk menggendong.

Pernah, ada saat ketika Mbul mogok nyusu, mogok ASI. Umurnya kira-kira baru dua bulan. Tengah hari minggu di tengah September, di saat sebelumnya dia nyusu (nenen) sambil senyum-senyum sama ambunya. Namun, belum berganti hari, dia menolak ketika diberikan lagi ASI. Kami cukup kaget dan heran, tapi masih berpikir positif mungkin Mbul kenyang.

Malam pun tiba, Mbul masih sama, masih mogok ASI. Begitu terus sampai hari-hari selanjutnya. ASI mulai tumpah dan terus-menerus dipompa, hingga lama-lama kelamaan tidak bisa lagi dipompa. Persediaan asi di freezer juga sudah mulai tidak ada. Ambu yang sudah panik dan sedih jadi tambah panik dan sedih. Browsing-browsing bayi mogok ASI hingga tips-tipsnya sudah dilakukan. Namun, belum membuahkan hasil. Terakhir, ambu masuk angin karena harus skin to skin di ruangan ber-AC. Mbul masih tetap mogok ASI.

Lama-lama Mbul juga nolak minum susu, ia lebih suka ngeyot jari dan empeng. Maka, sudah dipastikan Mbul dan Ambu butuh ke dokter laktasi. Dokter Laktasi di KMC menjadi tujuan. Agak deg-degan juga, karena salah satu dokter laktasi KMC merupakan teman satu kelas ketika SMA. Akan menjadi aneh dalam bayangan saya jika konsuktasi lakstasi dengan teman SMA. Ternyata jadwal dokter laktasi tidak tetap, setiap minggunya jadwal bisa berubah karena mereka bekerja dalam tim. Pas hari itu kebetulan bukan teman SMA yang sedang praktik.

Ternyata antrenya cukup lama. Ada dua pasen sebelum Mbul. Pasien pertama baru masuk dan setiap pasien memerlukan penanganan selama kira-kira 45-60 menit. Mbul tentu rewel ketika menunggu karena lama.

Empeng jadi salah satu, stres dan tekanan kerja salah kedua, ganti sabun salah ketiga, penyebab Mbul ga mau nyusu. Pilihannya rawat inap untuk tratment skin to skin si KMC, namun harus swab dahulu dan hanya boleh ibu saja dan Mbul yang menginap, atau skin to skin di rumah tetapi dua hari lagi kembali utuk melihat perkembangannya. Jika tidak berhasil maka harus rawat inap. 

Ternyata skin to skin yang ambu terapkan kurang tepat sehingga tidak berhasil. Ambu dan abah pilih pilihan kedua. Mungkin lebih efektif dan terkontrol ketika rawat inap, tetapi jika belum mengetahui berapa lama akan rawat inap di saat pendemi, maka pilihan kedua cukup baik. 

Dokter pun sempat menyarankan untuk memberikan tindakan medis berupa prosedur frenotomi. Prosedur ini dilakukan dengan memotong frenulum bayi dengan gunting steril atau pisau bedah. Hal itu karena Mbul memiliki tongue-tie atau ankyloglossia. Tongue-tie merupakan kelainan bawaan lahir pada lidah akibat terlalu pendeknya frenulum, yaitu jaringan penghubung antara lidah dan dasar mulut.

Sesampai di rumah, empeng disimpan. Sabun mandi black musk The Body Shop dipertahankan. Ambu mengabarkan izin kerja untuk dua-tiga hari kepada teman-teman kerja. Hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan dua-tiga hari ke depan ditunda atau dikerjakan sendiri dulu. Tentu saja abah juga ikut cuti.

Kami kembali membongkar gendongan bekas Jagoan dan memilih mana yang akan dipakai untuk skin to skin. Gendongan jagoan cukup banyak dan bervariasi. Beberapa belum dipakai karena jagoan sering digendong uti pakai gendongan jarik dan gendongan soft strucuture carrier oleh ambu. Dari beberpa ajenis gebdongan, alhirnya dipilih dua jenis gendongan yakni baby wrap dan ring sling. Keduanya baru sekali-dua kali dipakai, karena agak ribet dan jagoan sering nangis dulu sebelum gendongan berhasil. 

Sebelum menerapkan skin to skin, ambu dan abah simulasi cara penggunaan gendongan agar nyaman buat Mbul dan cepat. Setelah semuanya OK, kemudian menerapkan skin to skin yang sesuai arahan dokter karena skin  to skin yang terdahulu kurang tepat sehingga tidak berhasil. Skin to skin dengan Mbul harus hampir sepanjang waktu, kecuali saat ambu ke kamar mandi. Mbul digendong menggunakan gendongan dengan mirip kangguru. Mbul rewel sepanjang hari karena pingin ngempeng dan sumuk digendong kanguru menggunkan baby wrap di siang hari. 

Malam hari pertama Mbul udah mau nysu, tapi siang hari kedua Mbul ga mau. Mbul nangis sepanjang hari pingin empeng sepertinya dan lapar mungkin. Nyusu menggunakan sendok ataupun gelas ASI tetap menyusahkan ketika menangis. Malam kedua, Mbul mau nyusu tapi kendala di produksi ASI yang mulai kurang OK karena berminggu-minggu Mbul ga mau nyusu. Jadi Mbul setelah nenen sama ambu, masih disendokin susu sama Abah. Pagi hari ketiga, ambu dan abah mulai tepar, lelah, dan pingin dipijit dan dierokin serta tidur. Tapi harus tetap cari solusi mengenai Mbul mulai menysu tapi produksi Asi menurun. 

Setelah browsing-browsing lagi, disimpulkan ketika relaktasi ASI ada media yang membantu relaktasi ASI, seperti selang kecil yang diselipkan ke mulut Mbul ketika nenen.  Waktu itu juga ambu cari di olshop. Mulai dari yang menggunakaan suntikan hinnga Medela Supplemental Nursing System. sedikit memang yang jual, tetapi alhamdulillah ketika dicek persedian ada dan bisa dikirim pagi itu. Cukup mahal tapi harus bagaimana lagi. 

Sore di hari ketiga, Mbul udah mau nyusu dengan baik meski ada selipan selang kecil.  Bahagia dan haru rasanya, terbayarkan sudah lelah yang dirasakan oleh ambu dan abah.
Baca Juga
Ambu
Pendidik

Artikel Terkait

Posting Komentar