zORB44u1Y5Szogk9hvRg5anbZDydcDDjseaSpgOw

Akhirnya, Isolasi Mandiri


Setelah dua rekan guru terinfeksi Covid-19 di tanggal 30 Januari 2021, maka kami yang sedang menjenguk Uti dan Kakung di Semarang pun langsung pulang ke Jakarta guna mengondusifkan situasi dan kondisi sekolah, meski masih rindu dan baru sekejap. Khawatir sangat dirasakan, bukan hanya khawatir saya dan Jagoan yang memiliki kontak erat, namun kami juga mengkhawatirkan kami positif kemudian menularkan Uti dan Kakung yang lansia dan komorbid. Namun, alhamdulillah hasil tes swab antigen beberapa jam sebelum pulang ke Jakarta memiliki hasil negatif. 

Kami pulang dengan terburu-buru, bebenah secepatnya, rapat dengan warga sekolah seefektifnya, dan tes swab sesegaranya serta pulang dengan berdoa semoga semua baik-baik saja. Senin pagi, yang harusnya sudah pembelajaran tatap muka terbatas menjadi pembelajaran jarak jauh. Semua anggota sekolah yang memiliki kontak erat di-screening dengan tes swab antigen oleh sekolah, guna mengetahui penyebaran penularan, meski nanti akan di-PCR oleh Puskesmas. Namun, mengetahui penyebaran penularan sedini mungkin, akan lebih baik daripada menunggu Puskemas yang mereka pasti juga disibukkan PCR di sekolah-sekolah lain, ketika Omicron sedang marak.

Meski hasil tes swab pada hari Senin menunjukkan semua anggota sekolah adalah negatif, namun kami tetap melakukan PCR yang diadakan oleh pihak Puskesmas pada tanggal 3 Februari 2021, berbarengan dengan saya dan operator pelatihan digitalisasi sekolah. Hilir mudik agar keduanya dapat berjalan dengan baik.

Jagoan pun ikut di-PCR, namun jagoan tidak bersama saya yang datang terlebih dahulu ke sekolah. Ia diantar dan dijemput Abah yang menunggu di taman, dan saya yang mendampingi proses PCR-nya. Hebohnya jagoan dalam PCR, sampai harus didampingi oleh dua orang, saya dan guru PJOK-nya. Ketika jagoan sudah pulang, tes PCR juga hampir selesai hanya menunggu pihak eksternal sekolah yang juga akan PCR di sekolah, saya mulai menyiapkan diri untuk mengikuti pelatihan digitalisasi sekolah di ruangan saya. Tiba-tiba notifikasi WhatsApp dari Abah muncul bertuliskan "Aku positif". Dueeenggg... Kok bisa? Padahal Abah yang di rumah terus, tidak ikut pulang menjenguk Uti dan Kakung. Dia juga yang paling taat prokes di antara kami.

Kaget dan panik jadi satu. Saya telepon Abah. Ia baik-baik saja dan belum masuk rumah khawatir menularkan. Saya tinggalkan sekolah guna menjemput anak-anak serta Teteh untuk mengungsi. Kami semua PCR guna mengetahui kami positif atau tidak saat ini. Namun akhirnya kami swab juga agar kami bisa mengetahui secepat mungkin sebelum menularkan anggota keluarga Ibu dan Ayah.

Hasilnya? Akhirnya, keluarga kami mendapatkan giliran juga. Sebagian dari kami terinfeksi Covid-19, Abah, Mbul, dan Teteh.

Bersambung …
Baca Juga
Ambu
Pendidik

Artikel Terkait

Posting Komentar