zORB44u1Y5Szogk9hvRg5anbZDydcDDjseaSpgOw

Kucing Tetangga Masa Gitu


Sewaktu masih tinggal di rumah orang tua, saya suka menanam pohon pisang. Salah satu kunci agar pohon pisang itu dapat tumbuh optimal adalah denga memisahkan tunas baru yang mulai tumbuh dari dapuran atau rumpun induknya. Rumpun pisang yang terlalu padat akan membuat pohon pisang tidak dapat tumbuh dengan cepat, lebat, dan ranum.

Ternyata, salah satu kunci keberhasilan dalam menanam pohon pisang berlaku pula bagi keberhasilan seorang anak manusia. Seorang anak akan lebih cepat berkembang jika sudah mulai tidak bergelantung pada orangtuanya. Saya merasakannya sendiri ketika semasa SMA saya harus tinggal jauh dari orangtua. Banyak perubahan positif yang saya rasakan. 

Usai menikah, saya bercita-cita untuk bisa hidup mandiri, terpisah dari orangtua. Seberapapun sulitnya itu. Memang bukan kebetulan saya dan isteri tinggal jauh dari orangtua karena sama-sama mengais rezeki di ibu kota. Meskipun begitu, jika suatu saat nanti kami harus pindah dan tinggal di kampung halaman, kami tetap tidak ingin bergantung pada orangtua. Konkretnya tida tinggal di rumah orangtua. Meski hanya mengontrak, kami harus tetap mandiri. Kata isteri saya, secara psikologis ini cukup besar dampaknya.

Saat saya hendak memisahkan tunas pohon pisang dari rumpun induknya, lebih dulu saya siapkan lubang tanamnya. Lubang berdiameter sekitar satu meter itu kemudian diisi tanah yang sudah dicampur pupuk kandang agar tunas tadi bisa benar-benar tumbuh optimah, tidak asal dipindahkan saja. Ibarat itu, sebelum menikah saya lebih dulu mempersiapkan tempat tinggal dan mencicil perabotannya.

Rumah berbentuk kotak itu terbagi menjadi ruang tamu, ruang tengah yang memanjang, dapur, sebuah kamar mandi, dan dua buah kamar tidur yang dapat digunakan jika ada kerabat atau sahabat yang menginap di tempat kami. Memang tidak terlampau besar, tapi cukup nyaman ditinggali keluarga kecil yang baru mencicipi hidup sebagai sepasang suami-isteri.

Suatu hari, saya pulang dan mendapati rumah gelap gulita. Padahal, ketika saya berangkat lampunya sengaja tidak saya matikan. Itu adalah hari terakhir kerja di bulan puasa. Malam itu juga saya sudah berencana untuk mudik. Tidak mungkin ada yang mematikan lampu. Tak lama kucing tetangga terdengar mengeong dari dalam rumah. Beberapa menit kemudian tetangga pemilik kucing menelepon, mengabari kalau dia yang mematikan listrik rumah saya dari meterannya.

Usut punya usut, ternyata kucingnya naik ke para kemudian loncat ke dalam rumah saya melalui lubang yang ada di dapur. Kucing itu mendarat tepat di atas keran dan menimpanya hingga patah. Walhasil, airnya terus mengalir sampai sumurnya kering dan membanjiri rumah karena pompa airnya otomatis menyala jika air kosong. Karpet, kasur, buku-buku, dan peralatan-peralatan yang masih tersimpan di dalam kardus basah kuyup. Saya tahu kucingnya tidak dapat dipersalahkan. Tapi saya juga kesal. 

Setelah menikah, saya tidak lagi tinggal sendiri. Sebulan kemudian, isteri saya positif hamil. Namun, beberapa kali periksa, rahimnya masih kosong. Tampak belum ada janin di dalamnya. Dokter pun menyarankan untuk menjalani tes darah. Dalam lembar hasil tes, terlihat angka toksoplasmanya jauh di atas normal. Kata dokter, isteri saya pernah terpapar toksoplasma, tapi tidak tahu kapan.

Toksoplasma atau toksoplasmosis adalah penyakit yang diakibatkan parasit toksoplasma gondii. Memang toksoplasma tidak hanya ditularkan oleh kucing, tapi juga oleh semua jenis hewan termasuk burung, ikan, kelinci, anjing, babi, dan kambing. Parasit ini juga dapat ditemukan pada daging setengah matang, telur setengah matang, buah-buahan, atau sayuran yang tercemar kotoran hewan peliharaan yang mengandung oosit toksoplasma, yaitu salah satu bentuk toksoplasma yang dapat menimbulkan infeksi.

Toksoplasma dalam bentuk tachizoit terdapat dalam cairan tubuh seperti darah, air liur, dan cairan sperma, yang mampu ditularkan oleh serangga lewat gigitan. Tachizoit pun bisa bersarang di calon telur atau kelenjar susu sehingga tidak menutup kemungkinan telur dan air susu pun bisa tertular toksoplasma.

Penularan juga bisa terjadi lewat transfusi darah atau transplantasi organ yang membawa kista toksoplasma. Kebanyakan parasit toksoplasma berkembang biak dalam sel darah putih, jaringan parenkim, dan sel endotel dengan cara membelah diri. Setelah berkembang biak, parasit ini kemudian membentuk kista. Dalam bentuk kista inilah parasit akan berdiam diri di dalam jaringan saraf mata, otot jantung, alat pencernaan, dan sebagainya.

Pada saluran pencernaan hewan seperti kucing, toksoplasma bahkan mampu berkembang biak secara lengkap. Karena itu, toksoplasma identik dengan penyakit yang ditularkan oleh kucing. Pada kotoran kucing, toksoplasma berbentuk telur. Dalam waktu 48 jam telur itu akan membelah menjadi bentuk-bentuk infektif yang berbahaya bagi manusia dan hewan lain. Dalam organ tubuh manusia, kista toksoplasma umumnya tidak bermasalah. Pengidap kista toksoplasma nyaris tidak mempunyai keluhan karena parasit toksoplasma tergolong oportunistik

Maka akan menjadi lebih bijak apabila pemilik hewan peliharaan, termasuk kucing, rajin memeriksakan hewan peliharaannya agar dapat segera ditangani seandainya hewan itu terinfeksi parasit seperti toksoplasma. Jika ternyata hewan peliharaan itu terinfeksi parasit dan tidak mendapat penanganan yang tepat, dampaknya tidak hanya akan dirasakan oleh si pemilik, tapi juga tapi juga lingkungan di sekeliling.

Persoalan kucing ini pula yang membuat saya ingin pindah rumah. Mungkin agak paranoid. Tapi memang tetangga saya memiliki banyak kucing dan saya khawatir akan janin yang dikandung isteri saya. Tidak mudah memang menemukan rumah yang cocok, baik dari segi ukuran, harga, maupun kebersihannya. Ada cerita lucu ketika kami mencari rumah kontrakan baru. Jadi, kami menemukan rumah yang nyaman. Sayang harganya di atas rata-rata. Sebenarnya masih bisa dinegosiasikan. Tapi karena pemiliknya ternyata pernah jadi mahasiswa isteri saya jadi agak gengsi meminta kortingan biaya sewa. Haha.
Baca Juga
Abah
Generasi Micinial

Artikel Terkait

Posting Komentar