zORB44u1Y5Szogk9hvRg5anbZDydcDDjseaSpgOw

Aksi Kamisan


Suatu hari gue dikasih kontak wakil rektor salah satu kampus di Jakarta. Gue ngerasa ga asing sama nama sang wakil rektor. Tapi gue juga lupa siapa dia. Iseng-iseng gue googling. Oh, ternyata bener namanya ga asing. Dia adalah perwira TNI yang pernah jadi tersangka kasus Munir. Iya, dia bebas dan sekarang jadi wakil rektor.

Selain jadi rektor sang mantan perwira juga jadi politikus. Sebelom pindah partai dia sempet jadi Wakil Ketua Umum di partai yang dipimpin sama mantan jenderal. Jangan lupa ada tiga mantan jenderal yang jadi pemimpin partai. Ketiganya juga pernah maju di pemilu presiden. Ketiganya juga diduga terlibat kasus pelanggaran HAM berat. Waspadalah!! Banyak pelaku kasus pelanggaran HAM menduduki kursi-kursi penting di republik ini.

Yang hilang menjadi katalis
Di setiap Kamis
Nyali berlapis
Marah kami senyala api
Di depan istana berdiri

Yang hilang menjadi katalis
Di setiap Kamis
Nyali berlapis
Yang ditinggal takkan pernah diam
Mempertanyakan kapan pulang

(Efek Rumah Kaca - Hilang)

Lagu Efek Rumah Kaca di atas ga cuma ngingetin kita sama orang-orang yang hilang. Lagu itu ngingetin kita juga kalau masih ada keluarga dari para korban yang menunggunya pulang.


Setiap hari kamis, dari jam 4 sampai jam 5 sore, korban dan keluarga korban kekerasan dan penghilangan secara paksa melakukan aksi diam dan berdiri di depan Istana Negara Jakarta. Aksi ini dikenal dengan Kamisan. Aksi menuntut penuntasan kasus yang menimpa anak, suami, istri, ayah, ibu, atau keluarga mereka yang jadi korban peristiwa kekerasan dan penghilangan secara paksa. Mulai dari Tragedi Trisakti Semanggi I dan II, Tragedi Mei 1998, Tragedi Penculikan Aktivis 1997/1998, Tragedi Tanjung Priok, Tragedi Talangsari 1989, Tragedi 1965, Tragedi 27 Juli 1996, sampai Pembunuhan Munir.

DIAM. Menunjukkan kalau mereka bukan perusuh. Bukan warga negara yang susah diatur. Bukan warga negara yang membuat bising telinga. Karena diam tak menghilangkan hak mereka untuk mendapatkan keadilan. Karena diamnya mengandung fakta dan tuntutan.

BERDIRI. Menunjukkan bahwa mereka ada. Mereka masih menjadi warga negara di bumi pertiwi Indonesia. Berdiri adalah simbol bahwa mereka adalah warga negara yang tetap mampu berdiri untuk menunjukkan bahwa mereka punya hak.

Meskipun mereka bukan keluarga dekat kita. Meskipun kita ga pernah ketemu sama orang-rang yang hilang itu. Jangan lupa kalau saat mereka hilang mereka sedang memperjuangkan keadilan. Perjuangan yang hasilanya bisa kita nikmati sekarang. Seengganya, menyebut nama mereka dalam doa kita mungkin bisa jadi ucapan terimakasih kita untuk mereka.

__________________
Sumber gambar: Tempo | Inilah.
Baca Juga
Abah
Generasi Micinial

Artikel Terkait

3 komentar

  1. Ckckck... Diem2 jadi pengamat politik yeh slama ini....
    Adeuh, lirik ERKnya gag nahan. Ciamik rek :))

    BalasHapus
  2. Penikmat yang jeli memanfaatkan situasi, jadi tahu kapan waktu mengumpat dan menggerutu....atau bahkan bersorak.

    BalasHapus