zORB44u1Y5Szogk9hvRg5anbZDydcDDjseaSpgOw

Donor Darah Itu...


Donor darah itu... lucu. Iya lucu. Lucu mengingat-ingat ke-absurd-an saya hari ini. Bagi yang sudah sering, mungkin donor darah itu biasa saja. Tapi tidak dengan orang yang belum pernah berdonor, seperti saya.

"Mat, golongan darah kamu apa?" saat kembali ke ruangan, Mba Yani mencegat di depan pintu.

"O, Mba."

"Donor ya? Temenku baru ngelahirin, anaknya kena penyakit kuning." ternyata bayi yang sakit itu lahir tepat tanggal 1 Muharam kemarin.

"Emm.. Iya deh." kata terakhir menujukkan keraguan.

"Eh, berat kamu berapa?" kemudian terlontar sebuah pertanyaan yang semakin membuat saya ragu.

"53 kilo. Nanti dicek aja dulu. Siapa tahu bisa."

Kemudian saya menghempaskan diri di atas kursi, menatap kosong ke arah monitor. Bukannya apa-apa. Saya pernah punya pengalaman buruk dengan jarum. Juga punya phobia dengan satu benda yang merupakan saudara jauh jarum.

"Ga usah ikut, Mat. Jarumnya sakit loh."

"Ayo lah, Mat. Lo bukan Putri Tidur kan? Ngapain takut jarum?"

"Mendingan maen futsal. Seru!"

"Bayangin kalau itu anak lo, Mat. Gimana kalau ga ada yang mau donor buat anak lo? Sedih ga?"

Masih menatap monitor yang mengeluarkan gelembung-gelembung. Lama mouse-nya tidak digerakkan. Kerja pun sudah tidak fokus lagi. Benar kata orang, musuh yang paling susah ditaklukan adalah diri kita sendiri.

Tidak terasa sudah hampir jam 5. Sebelum berangkat, saya bertanya kepada seorang teman yang pernah aktif di KSR tentang batas minimal berat badan. Katanya sih aman dan itu cukup memberi sedikit ketenangan. Kami turun ke lobi, absen di sana. Ternyata ada antrean panjang di depan mesin absen. Mungkin karena KRL sedang ada gangguan sinyal, makanya banyak orang yang teng go.

Singkat cerita, tibalah kami berlima di kantor PMI DKI Jakarta, di Pal Putih. Hujan pun sudah mengguyur ibu kota. Di sana sudah ada beberapa orang teman kantor lainnya yang ingin ikut berdonor. Jujur, sampai saat itu masih terjadi konflik dalam batin saya.

Saya pun mulai mengisi formulir. Lalu menunggu antrian. Sambil menunggu, saya menimbang berat bada. Syukurlah, ternyata naik satu kilogram.

"Kaget ya?" tukas perawat yang mengecek hemoglobin saya.

"Hehe" tawa yang sedikit dipaksakan.

Kemudian cek tekanan darah lalu masuk ke ruang donor. Mencuci lengan lalu berbaring di salah satu tempat tidur/kursi yang desainnya unik, khusus untuk donor.

"Pengalaman pertama ya?" tanya perawatnya, ramah. Perawatnya itu lebih muda dari saya.

"Iya. Hehe"

"Tenang saja, Pak" selalu saja dipanggil bapak. 

Kemudian lengan kanan saya diurut-urut untuk mencari letak urat nadi. Dan... cusss! Jarum itu ditusukkan. Ternyata tidak sakit. Hanya telapak tangan saya yang terasa sedikit kesemutan. Tapi perlahan kesemutan itu hilang. Kata perawatnya, bisa jadi kalau ada jarum membuat sakit berarti buatan Indonesia. Ukurannya biasanya sedikit lebih besar dan tidak setajam jarum sedang saya pakai, katanya.

"Mba, tolong ambilkan selimut."

"Rileks saja, Pak." dikiranya saya kedinginan karena  grogi. Padahal saya memang tidak tahan dengan dingin. Udara dingin yang keluar dari mulut AC terasa semakin menusuk tulang. Tapi mungkin karena grogi juga sih. 

"Jangan kapok ya, Pak" 

"Ga dong, Mba." kemudian saya menuju kantin, mengisi perut yang sudah keroncongan.

Seandainya saya menyerah pada rasa takut dan memilih bermain futsal, mungkin saya akan menyesal. Apalagi kemudian turun hujan sedangkan lapangan futsalnya outdoor. Beruntung saya berhasil melawan ketakutan itu. Karena setelah itu saya jadi sering tertawa-tawa sendiri. Bukan gila, lucu saja jika teringat kepengecutan saya sore tadi. Eh, jangan ikut menertawakan kalau belum pernah mencoba donor darah. Haha.

Semoga ade bayinya lekas sembuh. :)

____________________
Sumber gambar: Tempo
Baca Juga
Abah
Generasi Micinial

Artikel Terkait

7 komentar

  1. samaa.. aku juga belum pernah donor kok, kak.. dan ketakutanku muncul karena emang sering anemia, jadi belum nyoba udah takut dulu. takut abis donor terus pingsan. tuh kan takut lagi.. heuheu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sekaarang sudah beda. :P
      Rajin olahraga dan makan sehat, biar ga anemia.

      Hapus
  2. kalau saya beda cerita bang. pertama kali saya donor darah tuh antusias banget. Antusias buat ngedapetin kartu pendonor maksudnya, kan kalau udah 10 X dapat reward bang. hehe!

    BalasHapus
  3. saya dari dulu ingin sekali donor darah, tapi selalu ga bisa karena Hbnya rendah melulu. padahal darah saya ini darah langka, golongan AB :)

    BalasHapus
  4. Mat semenjak kapan takut jarum??? Donor Darah baru sekali, Naik pesawat ke Bali juga yang pertama kali. itu bukannya phobia tapi emang dasarnya takut... :)) Piss ah..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bukan takut! Jangan ngajak ribut Mas, haha.

      Hapus