zORB44u1Y5Szogk9hvRg5anbZDydcDDjseaSpgOw

Ada Bayi Berkuda di Kuntum Farm Field


Bagi anak-anak yang tinggal dan dibesarkan di pedesaan, memberi makan hewan ternak dan bermain di sungai, sawah, atau kebun adalah rutinitas sehari-hari. Sayangnya, kondisi yang sama tidak dialami oleh anak-anak yang tinggal di perkotaan. Jangankan bermain di sungai, sawah, atau kebun, mencari area terbuka untuk bermain saja sulit. Memang di perkotaan seperti Jakarta juga ada sungai, tapi kondisinya sudah sangat tercemar, keruh dan bau, sehingga tidak bisa dikatakan layak, apalagi untuk bermain.

Untungnya, ada agrowisata, jadi anak-anak kota bisa mencicipi pengalaman sebagai anak desa. Sebagai generasi yang dibesarkan di pedesaan, tidak sedikit pun terbersit di benak saya untuk mengunjungi objek agrowisata, sampai kemarin kami mengajak Dimdim ke Kuntum Farm Field. Kuntum Farm Field atau Kuntum Nurseries adalah sebuah objek agrowisata di Kota Bogor, tepatnya di Jalan Raya Tajur Nomor 291. Tidak perlu bingung memilih hari untuk berkunjung, karena Kuntum Farm Field buka setiap hari dari jam delapan pagi sampai jam enam sore.


Sebelum bermain di alam bebas, kita dipersilakan untuk memakai caping. Selain sebagai pelindung dari terik panas matahari, caping ini juga ikut memberikan suasana khas pedesaan. Di Kuntum Farm Field, kita bisa memberi makan dan memberi minum susu hewan-hewan ternak seperti kambing, sapi, bebek, ayam, burung, kelinci, marmut, kura-kura, dan masih banyak lagi.

Di Kuntum Farm Field juga ada kolam khusus untuk menangkap ikan. Jika ingin bermain di situ kita harus membeli ikan mas terlebih dulu. Ikan-ikan itu lalu dilepas di kolam untuk ditangkap sebelum dibawa pulang. Karena mainnya basah-basahan, saya sarankan untuk membawa baju ganti. Selain kolam untuk menangkap ikan, di sana juga ada pemancingan ikan, feeding fish area, toko ikan hias, dan fish spa untuk berelaksasi sejenak dengan ikan garra rufa.

Lepas dari area perternakan, kami memasuki area pertanian. Di arena pertanian kita bisa memanen sayuran. Cuci, timbang, dan bayar lalu kita bisa membawanya pulang. Sayang, waktu kemarin kami ke sana sayurannya belum siap panen. 


Di bawah area pertanian ada kandang kuda dan wahana untuk menunggang kuda. Cukup dengan tiga puluh ribu rupiah, kita bisa berkeliling kebun dengan menunggang kuda. Mulanya, Dimdim hanya menonton di tepian. Tetapi, melihat trek yang relatif mendatar, akhirnya Dimdim juga ikut mengantre untuk naik kuda. Selain Dimdim ada juga bayi lain yang menunggang kuda. Ini kali pertama Dimdim berkuda. Sebelumnya, semasa dalam kandungan, Dimdim pernah ikut berkuda ketika kami jalan-jalan ke Candi Gedong Songo di Semarang.
Baca Juga
Abah
Generasi Micinial

Artikel Terkait

1 komentar

  1. ininih mas yang asyik. bener, di kota udah ga ada yang begini lagi. kangen sama nuansa desa nan hijau

    BalasHapus