zORB44u1Y5Szogk9hvRg5anbZDydcDDjseaSpgOw

Propaganda Tukang Obat


Ada yang beda dalam acara arisan keluarga bulan kemarin. Usai pengajian, ada presentasi dari penjual air alkali yang sedang marak di Indonesia. Si penjual dengan atraktif menunjukkan perubahan warna pada berbagai jenis minuman yang ditetesi cairan pH tester. Bukannya tertarik, saya justru merasa ada yang janggal dengan cara dagang si penjual air, yang konon banyak manfaatnya bagi kesehatan itu. Alih-alih menerangkan fakta medis tentang manfaat air alkali, si penjual malah asik mempertontonkan perubahan warnai berbagai jenis minuman setelah ditetesi cairan pH tester.

Kalau kata teman-teman saya yang memang berkiprah di dunia medis, belum ada penelitian ilmiah yang membuktikan manfaat air alkali. Yang banyak adalah testimoni. Itu yang membuat saya penasaran. Tapi rasanya kurang elok jika saya berdebat dengan si penjual air alkali di acara arisan keluarga. Saya pun hanya mesem-mesem menonton atraksinya. Dari dulu, memang begitulah akrobat, selalu menghibur dan menarik perhatian. Padahal, atraksi akrobatik yang kerap dipertontonkan tukang obat sama sekali tidak memberi bukti tentang khasiat obat yang dijualnya. Atraksi itu hanya untuk mempropaganda saja.

Jika kita mengiktuti perkembangan kasus Papa Minta Saham, aroma propaganda ala tukang obat ini begitu pekat terasa. Sidang MKD pun berlangsung di bawah lampu remang-remang. Rakyat bingung, siapa saksi dan siapa terdakwa. Semua sudah dijungkirbalikkan. Bapak Reformasi pun ikut memberikan pernyataan blunder. Bermaksud menyusutkan Sudirman Said dan Maroef Sjamsuddin, Sang Bapak mengatakan bahwa yang melakukan rekaman pembicaraan itu adalah agen BIN.

Mungkin Bapak Reformasi kita sedang lelah. Jika benar yang dikatakannya, perdebatan panjang antara Anggota MKD yang bersikukuh bahwa rekaman yang dibuat Presdir Freeport Indonesia itu ilegal dan melanggar undang-undang malah menjadi terbantahkan. Karena jika direkam oleh BIN, institusi yang nota bene memiliki kewenangan untuk menyadap, kedudukan hukumnya justru menjadi lebih kuat. 

Propaganda banyak petinggi dan awak media yang menjadi pastisan dari berbagai kepentingan politik ikut membuat lini masa semakin keruh. Daya kritis yang dimiliki hanya dijadikan alat untuk menyerang kelompok lawan. Opini publik digiring agar percaya dengan yang mereka beritakan. Dagangannya menjadi laris manis ketika media sosial berhasil menyediakan panggung bagi mereka untuk berakrobat. Kasus, yang sejatinya bisa dicerna dengan nalar yang sehat, menjadi buram dan remang-remang.

Lama-kelamaan gatal juga melihat banyak clicking monkeys di lini masa yang menebar tautan propaganda kasus Papa Minta Saham ala tukang obat tadi. Tapi saya mencoba bertahan untuk tidak menggaruknya. Lagi pula, saya mah siapa atuh? Membaca Kontrak Karya Freeport dan UU Minerba saja saya belum khatam. Kontribusi saya terhadap industri pertambangan umum pum hanya sebatas menyelamatkan dokumen-dokumen KK dan PKP2B dari serangan negara api hama tikus.
Baca Juga
Abah
Generasi Micinial

Artikel Terkait

Posting Komentar