Pernah, beberapa bulan kemarin, Perpustakaan DJA mendatangkan seorang Stela Clarisa Nau buat berbagi pengetahuan dan pengalamannya seputar dunia perblogan. Stella, sebetulnya, tidak terlampau banyak berkecimpung di dunia persilatan perblogan. Namun, pengalaman dan prestasinya di dunia jurnalistik cukup banyak menginspirasi saya dan peserta lainnya untuk mulai atau kembali konsisten menulis.
Kemarin, sewaktu mengisi sebuah formulir terkait blog, saya mencoba menghitung mundur, mencari tahu sudah seberapa lama saya menjadi narablog. Ternyata, postingan pertama saya sudah berusia tujuh tahun. Kalau diibaratkan anak manusia, di usia itu, ia sudah mulai masuk Sekolah Dasar. Tujuh tahun menjadi narablog, saya pun mulai paham mana tulisan yang pantas dan tidak pantas dipublikasikan. Pantas dan tidak pantas ini bukan soal kualitas, tapi lebih pada etika.
Dulu, di awal-awal ngeblog, beberapa kawan saya bilang ia takut untuk ngeblog karena setiap tulisan yang kita publikasikan harus kita pertanggungjawabkan. Tidak cuma di dunia, di ahkhir hayat juga. Saya sepakat dengan argumennya, bahwa semuanya harus dapat kita pertanggungjawabkan. Namun, jangan lupa pesan iklan Rinso, kotor itu baik. Iya baik, bila kotor itu sebatas noda lumpur, bukan noda darah.
Anehnya, sekarang ini orang-orang dengan gampangnya membuat dan membagikan berita hoaks. Beberapa bahkan bermotivasi untuk mendulang rupiah dari setiap klik hoaks yang dibuatnya. Menurut saya, padahal, hoaks bukan lagi noda lumpur, tapi setara dengan noda darah. Saya, karenanya, menjadikan blog sebagai media pembelajaran menuju dewasa. Blog ini ada sedari saya alay hingga sekarang, ketika kadar kealayan saya mulai sedikit berkurang.
Selama ngeblog, banyak narablog yang menginspirasi saya. Pernah, pada masanya, saya mengidolakan almarhum Samandayu. Juga Bena Kribo—yang sekarang sudah tidak kribo lagi, sama seperti narablog-narablog muda lainnya. Pada masa itu, saya juga mulai bergabung di komunitas Kancut Keblenger. Bersama Kancut Keblenger, untuk kali pertama saya tahu yang namanya kopi darat. Banyak ilmu dan pengalaman yang saya dapat dari berkerumun di Kancut Keblenger.
Di lingkungan kampus, saya lihat pernah ada komunitas blog yang hidup enggan mati pun segan. Sempat, saya juga menemukan DJP Blogger Community. Sekarang web komunitas itu sudah tidak ada. Entah komunitasnya sendiri masih ada atau tidak. Yang jelas, sedari itu saya sangat ingin memiliki komuntas di lingkungan kerja yang memiliki kegemaran yang sama: ngeblog.
Pascakedatangan Stela kala itu, beberapa orang kawan berkerumun dan mendeklarasikan blog bukanNOTADINAS.com. bukanNOTADINAS.com adalah blog yang dikelola bareng-bareng oleh warga Gedung Sutikno Slamet. bukanNOTADINAS.com adalah alternatif bagi kami, para penulis nota dinas, untuk menulis dan berbagi tulisan yang bukan nota dinas. Mungkin, terkadang, tulisan kami masih berbau-bau nota dinas. Namun, percayalah, ini bukan nota dinas!
Kemarin, sewaktu mengisi sebuah formulir terkait blog, saya mencoba menghitung mundur, mencari tahu sudah seberapa lama saya menjadi narablog. Ternyata, postingan pertama saya sudah berusia tujuh tahun. Kalau diibaratkan anak manusia, di usia itu, ia sudah mulai masuk Sekolah Dasar. Tujuh tahun menjadi narablog, saya pun mulai paham mana tulisan yang pantas dan tidak pantas dipublikasikan. Pantas dan tidak pantas ini bukan soal kualitas, tapi lebih pada etika.
Dulu, di awal-awal ngeblog, beberapa kawan saya bilang ia takut untuk ngeblog karena setiap tulisan yang kita publikasikan harus kita pertanggungjawabkan. Tidak cuma di dunia, di ahkhir hayat juga. Saya sepakat dengan argumennya, bahwa semuanya harus dapat kita pertanggungjawabkan. Namun, jangan lupa pesan iklan Rinso, kotor itu baik. Iya baik, bila kotor itu sebatas noda lumpur, bukan noda darah.
Anehnya, sekarang ini orang-orang dengan gampangnya membuat dan membagikan berita hoaks. Beberapa bahkan bermotivasi untuk mendulang rupiah dari setiap klik hoaks yang dibuatnya. Menurut saya, padahal, hoaks bukan lagi noda lumpur, tapi setara dengan noda darah. Saya, karenanya, menjadikan blog sebagai media pembelajaran menuju dewasa. Blog ini ada sedari saya alay hingga sekarang, ketika kadar kealayan saya mulai sedikit berkurang.
Selama ngeblog, banyak narablog yang menginspirasi saya. Pernah, pada masanya, saya mengidolakan almarhum Samandayu. Juga Bena Kribo—yang sekarang sudah tidak kribo lagi, sama seperti narablog-narablog muda lainnya. Pada masa itu, saya juga mulai bergabung di komunitas Kancut Keblenger. Bersama Kancut Keblenger, untuk kali pertama saya tahu yang namanya kopi darat. Banyak ilmu dan pengalaman yang saya dapat dari berkerumun di Kancut Keblenger.
Di lingkungan kampus, saya lihat pernah ada komunitas blog yang hidup enggan mati pun segan. Sempat, saya juga menemukan DJP Blogger Community. Sekarang web komunitas itu sudah tidak ada. Entah komunitasnya sendiri masih ada atau tidak. Yang jelas, sedari itu saya sangat ingin memiliki komuntas di lingkungan kerja yang memiliki kegemaran yang sama: ngeblog.
Pascakedatangan Stela kala itu, beberapa orang kawan berkerumun dan mendeklarasikan blog bukanNOTADINAS.com. bukanNOTADINAS.com adalah blog yang dikelola bareng-bareng oleh warga Gedung Sutikno Slamet. bukanNOTADINAS.com adalah alternatif bagi kami, para penulis nota dinas, untuk menulis dan berbagi tulisan yang bukan nota dinas. Mungkin, terkadang, tulisan kami masih berbau-bau nota dinas. Namun, percayalah, ini bukan nota dinas!