zORB44u1Y5Szogk9hvRg5anbZDydcDDjseaSpgOw

Overdosis “Milenial”


Hai generasi micinial milenial!

Pernah tidak kalian mengikuti satu acara yang ada embel-embel “milenial” tapi sebagai generasi milenial kalian merasa acara itu enggak ada milenial-milenialnya?

Saya pernah.

Barangkali, di sekeliling kita, penggunaan kata milenial sudah terlampau overdosis. Apa-apa milenial. Sedikit-sedikit milenial. Sebentar-sebentar milenial.

Pas hajatan Pemilu kemarin para politisi nusantara berebut perhatian generasi milenial. Mereka berkampanye ala generasi milenial: gaya pakaian, gaya hidup, hingga janji-janji untuk memperjuangkan aspirasi generasi milenial. “Milenial” seolah mewujud jargon yang lebih menjual ketimbang “rakyat”.

Ada banyak definisi tetang generasi milenial. Namun, sebagian besar sepakat generasi milenial adalah generasi yang lahir dalam kurun 1981 sampai dengan 1996. Di lingkar pergaulan saya, milenial sering kali dilawankatakan dengan kolonial. Sebuah pelawankataan yang sebetulnya mengada-ada. Di balik itu, ada makna tersirat untuk mendikotomi generasi muda dan generasi tua dengan stereotip masing-masing generasi berdasarkan prasangka subjektif.

Misal, kalau ada anak muda malas langsung dikatai milenial. Padahal, orang tua juga bukan tidak ada yang malas. Misal, kalau ada pekerjaan yang memerlukan kerja-kerja otak kanan, langsung diserahkan sepernuhnya pada anak muda. Padahal, orang tua juga bukan tidak ada yang lebih kreatif daripada anak muda. Anak muda, yang katanya milenial itu juga sering disebut antikritik. Padahal, orang tua yang antikritik juga bukan tidak ada.

Itu cuma sedikit contoh stereotip tentang generasi milenial yang menurut saya pelabelan-pelabelan semacam ini justru berpotensi memperlebar celah antargenerasi. Saya merasa para generasi tua, memang tidak semua, terjebak pada stigma yang menempeli generasi milenial. Lalu, stigma ini mengarah pada asumsi yang membuat generasi milennial dianggap laik untuk dikambinghitamkan.

Saya paham, maraknya acara dengan embel-embel milenial adalah upaya dari generasi tua yang sedang mencoba mengenal dan membimbing generasi milenial. Sayanglah, cara-cara yang ditempuh masih cara-cara lawas, bukan cara-cara kekinian ala generasi milinial. Akibatnya, upaya yang sudah dilakukan masih belum terasa efektif, yang justru lebih kentara adalah penggunaan diksi “milenial” yang overdosis dan tidak pada tempatnya.
Baca Juga
Abah
Generasi Micinial

Artikel Terkait

2 komentar

  1. Kadang label milenial malah diberikan ke generasi Z

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, kesalahan seperti ini juga lumayan sering.

      Hapus