zORB44u1Y5Szogk9hvRg5anbZDydcDDjseaSpgOw

Minimalisme Digital


Hari ini saya menghapus tidak kurang 29 aplikasi yang ada di ponsel. Kesemuanya itu termasuk aplikasi media sosial. Saya menghapus Facebook, LinkedIn, dan Telegram dengan hanya menyisakan YouTube juga WhatsApp dan WA Business, yang memang tidak mungkin saya hapus. Namun, saya menyenyapkan story kedua aplikasi dari grup Facebook itu.

Aplikasi media sosial lainnya sudah lama saya jauhi. Instagram sudah sekitar tiga tahun saya nonaktifkan. Aplikasi Twitter tahun lalu sudah saya hapus.


Bersih-bersih aplikasi ponsel ini gara-garanya saya menemukan video Marissa Anita di atas. Dia memang sudah lama menjalani laku hidup minimalisme, sama seperti Raditya Dika. Dalam video yang berdurasi kurang dari lima menit itu, Marissa bertutur tentang minimalisme digital, yang sudah dilajaninya selama dua tahun.

Menurut penulis buku Digital Minimalism, Cal Newport, minimalisme digital adalah filosofi penggunaan teknologi dimana seseorang memusatkan waktu online-nya hanya pada segelintir aktivitas yang telah ia pilih dengan cermat dan membawa manfaat optimal bagi dirinya. Dengan kata lain, seorang digital minimalist dengan senang hati mengabaikan semua aktivitas online yang tidak memberi nilai tambah bagi dirinya.

Maka, setelah menonton video itu saya langsung melakukan muhasabah, mengaudit aplikasi-aplikasi yang terinstal di ponsel. Aplikasi yang sudah lama tidak dibuka dan yang sering dibuka tapi sudah tidak lagi bisa memberi faedah langsung saya hapus. Alhasil, saya menghapus 29 aplikasi. Sayangnya, ada beberapa yang hampir tidak pernah saya gunakan tapi tidak bisa saya hapus karena merupakan aplikasi bawaan atau bloatware.

Sebenarnya minimalisme ini bukan hal yang baru bagi saya. Saya pernah diwarisi buku Marie Kondo: The Life-Changing Magic of Tidying Up. Teman saya mendapat buku itu dari teman saya yang lain. Saya pun diminta meneruskannya ke orang lain kalau sudah selesai membacanya.

Praktiknya, di masa pandemi ini misalnya, saya sudah banyak menurunkan pakaian-pakaian dari lemari. Pakaian yang sering saya pakai selama pandemi tidak terlalu banyak. Celana pendek dan pakaian dalam saya cuci sendiri, jadi jumlahnya lebih sedikit daripada kaos yang mengalami perputaran di tempat laundry. Bahkan, kalau pernah bertemu saya di kantor, hampir setiap ke kantor saya selalu mengenakan pakaian yang itu-itu saja.

Untuk barang-barang di rumah saya tidak bisa mengatur sendiri. Saya tidak memaksa isteri dan anak-anak untuk minimalis. Jadi untuk hal ini saya harus berkompromi.

Soal minimalisme digital tadi, saya akan sebulan lagi. Mana yang perlu saya install kembali dan mana yang perlu saya hapus juga. Kalau kata Marissa karena udah lama ga akses, jadi ga terlalu kecanduan dengan media sosial. Kita lihat saja nanti. Tapi saya juga masih punya pekerjaan rumah, yaitu pamitan dari beberapa grup WahtsApp.
Baca Juga
Abah
Generasi Micinial

Artikel Terkait

1 komentar