zORB44u1Y5Szogk9hvRg5anbZDydcDDjseaSpgOw

Let Your Blog Be Your Brand


Sangat menarik apabila kita mengamati tagline yang tertera dalam sebuah poster dari platform blog yang dikelola salah satu portal berita daring nasional, "Let's Build Your Personal Brand". Sepertinya  personal brand menjadi topik yang cukup renyah untuk diperbincangkan. Apa itu personal brand dan kenapa sampai diangkat sebagai tagline sebuah platform blog?

Menurut Mas Bukik, personal brand adalah anak kandung era social media, era yang memungkinkan individu untuk menglobal, mengekspresikan keunikan dirinya. Hal ini senada dengan teori World is Flat yang dikemukakan oleh Mas Thomas Friedman. Sampai saat ini terdapat tiga gelombang globalisasi. Globalisasi 1.0 ketika negara yang menglobal yang kemudian kita kenal dengan penjajahan. Globalisasi 2.0 ketika perusahaan menglobal dengan membuka cabang ke berbagai negara. Globalisasi 3.0 ketika individu mengglobal yang disokong dengan lahirnya internet dan social media. Pada mulanya brand hanya menjadi urusan negara. Kemudian berkembang menjadi urusan perusahaan. Kini brand menjadi urusan personal. Demikian proses singkat lahirnya personal brand.

Akibat dari Globalisasi 3.0, setiap orang dapat dengan mudah mempunyai media sendiri untuk mengekspresikan diri dan potensinya. Tidak lagi tergantung pada media konvensional. Ketika hendak mengirimkan tulisan di media konvensional kampus misalnya. Sulit untuk mendapat tanggapan ketika belum mempunyai personal brand yang kuat. Apalagi sampai tulisan itu dimuat. Saya pernah mengalaminya. Hal tersebut merupakan salah satu contoh dari keterbatasan media konvensional. Sekaligus contoh pentingnya personal brand.

Lalu kenapa blog yang dipilih? Padahal dalam Globalisasi 3.0 banyak social media yang dapat dijadikan alternatif. Blog itu seumpama rumah sedangkan social media lainnya hanyalah jalan yang membuka akses masuk ke rumah kita. Saya pernah menjadi objek penelitian mahasiswa psikologi terkait dengan personal brand. Tidak perlu saya jelaskan kenapa bloggerlah yang dipilih sebagai objek penelitian tersebut. Itu sudah cukup menjelaskan bahwa blog mempunyai keunggulan tersendiri sebagai media personal brand.

Siapa yang tidak kenal Bena Si Blogger Kribo? Siapa yang tidak terpesona dengan penampilan Diana Rikasari Si Fashion Blogger? Apakah hanya dengan mantra abrakadabra kemudian orang-orang mengenal mereka sebagai Si Kribo dan Si Fashion Blogger, sampai sudah sering mereka pergi ke luar negeri karena blognya. Oo, tentu tidak. Butuh waktu yang tidak singkat bagi mereka untuk membangun personal brand yang kuat. Khususnya personal brand melalui blog.

Jadi teringat pertanyaan seorang teman.

"Mat, blog lo ga ada fitur link exchange ya?"

"Ga ada, kenapa emang? Di sini kalau pasang link sifatnya sukarela."

"Tapi kok alexa rank-nya bagus ya?" ternyata dia sedang belajar trik-trik Search Engine Optimization (SEO) dan menurutnya alexa rank blog ini cukup bagus. Ah, anggap saja itu sebagai bonus. Saya tidak pernah memusingkan diri dengan yang namanya SEO.

Untuk meningkatkan SEO, ada banyak trik-trik ampuh yang dapat dipelajari dalam waktu singkat. Namun tidak demikian dengan personal brand. Tidak ada jurus singkat untuk membangun personal brand. Seperti halnya dua orang blogger yang saya contohkan di awal tadi. Personal brand mereka menjadi kuat karena orang-orang menilai mereka memiliki keunikan. Agar bisa sampai pada tahap tersebut butuh waktu yang tidak singkat. Tidak hanya dengan sekali dua kali mampir ke blog kita lantas orang-orang mengetahui keunikan kita. Selain itu, orang-orang harus menyimpulkan dari aktivitas blogging kita, tulisan-tulisan kita.

Semuanya butuh proses yang tidak sebentar. Jangan terbuai dengan trik SEO yang menawarkan traffic tinggi. Masih ada hal yang lebih penting, yakni memikirkan bagaimana agar tetap konsisten di social media. Baik konsisten dari segi konten maupun durasi. Dapat dikatakan bahwa trik SEO hanyalah trik yang akan membuat kita terkesan unik di depan mesin pencari.

Tidak ada cara instan untuk membangun personal brand. Meski demikian, kita dapat terus mengembangkannya dengan tidak mengganggu pekerjaan utama kita. Setiap ide yang tertuang dalam tulisan kita adalah investasi yang akan menghasilkan output berupa personal brand. Output yang kemudian dapat dijadikan sebagai input untuk mengembangkan potensi kita. Dengan tekun menulis, sedikit demi sedikit tulisan itu akan menjadi karya yang tidak dapat dinilai hanya dengan traffic yang tinggi.

Meski dilakukan sambil bekerja, personal brand tidak boleh dikelompokkan sebagai kebutuhan tersier. Personal brand merupakan kebutuhan primer. Personal brand adalah jalan agar kita dapat mengekspresikan passion kita. Ketika kita bisa mengekspresikan apa yang menjadi passion kita, orang lain akan melihatnya sebagai sebuah keunikan. Dari sanalah orang lain akan membantu kita mengembangkan passion kita. Entah benar atau tidak, saya merasa ada kaitannya antara personal brand dengan esteem needs dalam piramida Maslow. Saya hanya sekilas mempelajarinya dalam salah satu mata kuliah. Itu juga sambil terkantuk-kantuk. Jadi masih kurang begitu paham dengan konsep piramida Maslow tersebut.

Harus dicatat bahwa personal brand berbeda dengan pencitraan. Pencitraan terjadi jika eksternal brand lebih kuat dibandingkan dengan internal brand. Sebaliknya jika internal brand lebih kuat dibandingkan dengan eksternal brand, dapat diumpamakan sebagai harta karun yang masih terpendam. Sementara personal brand adalah ketika kualitas internal brand terekspresikan secara efektif menjadi eksternal brand.

Saya merasakan sendiri manfaat dari membangun personal brand memalui blog. Ketika saya mengekspresikan passion saya dalam bidang tulis-menulis dan IT. Di tempat kerja, tidak jarang saya ditawari pekerjaan-pekerjaan yang berhubungan dengan passion saya. Saya pernah ditawari untuk menulis buku karena pimpinan saya membaca tulisan saya di blog ini. Juga ketika saya ditawari untuk ikut mengelola website kantor, baik di internet maupun intranet. Bahkan beberapa kali saya ditawari untuk mengembangkannya dengan berlajar langsung pada orang-orang yang lebih berkompeten dan sudah berpengalaman. Tentu saja hal ini tidak akan terjadi jika saya tidak mengekspresikan passion saya dalam blog ini.

Seperti yang saya katakan sebelumnya, mau tidak mau orang akan melabeli kita. Baik itu label positif maupun negatif. Dengan blog kita dapat lebih gampang mengatahui label yang diberikan orang terhadap kita. Di antaranya adalah dari tanggapan mereka terhadap tulisan-tulisan kita. Pada fase ini blog berguna sebagai evaluator. Sebagai media untuk mengintrospeksi diri kita.

Bagaimana? Apakah tertarik untuk mengembangkan potensi-potensi yang kita miliki dengan membangun personal brand yang kuat melalui blog? Saya bukalah seorang pakar dalam bidang ini. Saya hanya ingin sedikit berbagi apa yang pernah saya baca dan apa yang pernah saya alami. Kalau kamu punya referensi atau pengalaman tentang hal ini, tidak ada salahnya untuk berbagi bersama di sini. Happy blogging!

"To be in business today, your most important job is to be head marketer for the brand called You." -Tom Peters
Baca Juga
Abah
Generasi Micinial

Artikel Terkait

9 komentar

  1. hmmm brand blog ane apa ya??? hehehe gk kenal blog ane sndiri xixi komen back yaw

    BalasHapus
  2. Kereeen nih... Kapan giliran blog gw punya brand bagus yah? Aku pasti bisa@ Salam blogger!

    BalasHapus
  3. enggak peduli dengan personal brand. Nulis aja, lama2 juga akan ada ciri khusus dari cara kepenulisan kita di blog...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah, itu dia Mba. Proses yang lama yang menjadikan ciri khusus dari tulisan di blog kita itu merupakan proses untuk membangun personal branding. Yakin, masih enggak peduli? :)

      Hapus
    2. setuju sama mba rierie juga sih... yang ngasih label kan orang... malah narsis kalo bikin label sendiri... :p kalo pengen branding tertentu, malah kesannya dipaksain... so keep write, and wait

      tapi, ngebangun brand dikit-dikit juga gak ada salahnya juga sih... buat mengarahkan orang ke arah label positif...

      Hapus
  4. Bagus Mas, artikelnya. Personal branding dari blog travelling saya kayaknya "blog yang ditulis orang yang sulit menyusun kalimat"
    hahaha...

    Makasih, Mas, cukup memotivasi kami, untuk lebih baik lagi. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama-sama. Ga lah, tiap orang kan punya gayanya masing-masing. :D

      Hapus